KOTA TASIK (CM) – Hujan yang turun tidak menyurutkan semangat para disabilitas tuna netra yang tergabung dalam Majelis Taklim Tuna Netra Al Hikmah untuk mencari ilmu tentang pemahaman materi mata uang Rupiah.
Sejak pukul 15.00 WIB, puluhan peserta didampingi relawan dari Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya (Papeditas) memasuki Masjid Al Wasilah di Kampung Cintarasa, Kahuripan, Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kegiatan ini diinisiasi dan berkolaborasi antara Bank Indonesia Perwakilan Kantor Tasikmalaya dengan Majelis Taklim Al Hikmah serta Papeditas, dan diikuti oleh penyandang netra yang berprofesi sebagai terapis pijat, pedagang asongan, dan pemilik warung.
Jono Sujono, didampingi Yadi Supriadi dan Yudha Hendriana Gurnita dari Staf Unit Implementasi Pengelolaan Uang Rupiah KPw BI Tasikmalaya, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pemerintah untuk lebih mengenalkan, meningkatkan, dan memperkuat kecintaan serta pemahaman terhadap Rupiah.
“Program Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah sangat penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan kecintaan, kebanggaan, dan pemahaman terhadap Rupiah, terutama bagi rekan-rekan kita yang memiliki disabilitas agar dapat mengenali keaslian uang Rupiah dengan baik,” ungkap Jono Sujono pada Jumat 5 April 2024.
Jono menambahkan bahwa para peserta dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, serta Kabupaten Ciamis, sangat antusias dalam mengenal pecahan Rupiah dengan bantuan teknik 3D yang menekankan pada pengenalan melalui sentuhan, khususnya dengan meraba bagian unsur pengaman uang, seperti blind code (kode tunanetra).
“Alhamdulillah, para peserta sangat antusias. Bahkan sebagian besar dari mereka sudah mampu membedakan pecahan mulai dari 100.000, 50.000 hingga 1.000,” terangnya.
Pihak perwakilan dari Bank Indonesia berharap bahwa edukasi CBP Rupiah kepada penyandang disabilitas ini akan meningkatkan pengetahuan mereka dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ajat (52), seorang pedagang tempe dari Kampung Sirnagalih, awalnya mengalami kesulitan dalam memahami pecahan Rupiah. Saat ini, ia hanya dapat membedakan berdasarkan ukuran, kadang dibantu oleh orang lain jika ada yang mendampingi.
“Saya saat ini masih mengenali uang berdasarkan ukurannya, kadang dengan bantuan jika ada saudara yang mendampingi,” terangnya.
Sesepuh Majelis Taklim Tuna Netra, Mamat Rahmat, yang kehilangan penglihatannya sejak usia enam tahun, menyebutkan bahwa sebagian besar jamaahnya belum memahami dan mampu membedakan pecahan mata uang Rupiah secara manual.
“Sebagian jamaah, yang jumlahnya sekitar 300 orang, belum mampu membedakan pecahan uang Rupiah secara manual. Meskipun ada beberapa yang lebih muda yang menggunakan aplikasi pembaca uang dari ponsel mereka, saya rasa penting untuk memahami dengan cara manual agar tidak terlalu bergantung pada HP,” terang Mamat.
Selain kesulitan dalam memahami pecahan Rupiah, Mamat juga mengeluhkan sulitnya membuka rekening tabungan di beberapa bank, baik bank pemerintah maupun swasta, karena masalah tanda tangan yang selalu berubah-ubah, sehingga mengkhawatirkan keamanan nasabah penyandang tuna netra.
Mamat menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada Bank Indonesia Kantor Perwakilan Tasikmalaya dan para donatur, seperti Asia Plaza dan Nasi Viral, yang telah memberikan perhatian dengan memberikan sosialisasi Program Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah.
“Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia dan para donatur atas dukungan mereka dalam kegiatan sosialisasi ini yang diakhiri dengan buka bersama dan pemberian santunan,” pungkasnya.
Baca juga: McDonald’s Djuanda Tasikmalaya Mengaji dan Buka Puasa Bersama Penyandang Disabilitas Tuna Netra