BANDUNG (CAMEON) – Gunung Agung Bali berstatus awas. Sejumlah peneliti melakukan peninjauan prediksi potensi zina bahaya yang akan ditimbulkan dengan tekniks penginderaan. Salah satunya dari Center for Remote Sensing (CRS-ITB). Berdasarkan data yang dihimpun, Gunung Agung di Bali sempat meletus 50 tahun yang lalu dengan kekuatan yang tinggi. Sebanyak 1.700 orang harus meninggal akibat kejadian tersebut.
Menurut Ketua CRS_ITB Ketut Wikantika, terdapat 4 potensi yang mereka analisa, yakni arah aliran lahar, bom-bom vulkanik, awan panas, serta lahar dingin yang turun akibat adanya hujan deras setelah letusan terjadi.
”Potensi aliran lahar panas Gunung Agung mereka analisis dengan berdasarkan pada 2 hal. Yakni, Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berkembang dari puncak dan analisis tebal tipisnya kondisi kawah,”Ketut kepada wartawan, Kamis (5/10/2017).
Diungkap olehnya, sementara itu potensi bom-bom vulkanik dianalisis dengan membuat zona bahaya berdasarkan referensi jarak dari puncak letusan pada tahun 1963. Adapun analisis terhadap potensi awan panas dan lahar dingin juga dilakukan dengan memanfaatkan DAS dan tebal tipisnya kondisi kawah tetapi dengan daerah analisa yang lebih luas.
”Kami juga menggunaan data dari Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) dan Landsat 8,” ucapnya.
Ditempat yang sama, Tri Muji mengungkapkan, khusus data Landsat 8, pengolahannya dilakukan dengan koreksi radiometrik yang meliputi kalibrasi radiometrik dan koreksi atmosfer. Kalibrasi radiometrik sendiri dilakukan dengan mengubah nilai digital pada Top of Atmosphere, sementara koreksi atmosfer dilakukan dengan metode FLAASH.
Dari penelitian tersebut, berhasil memprediksi kalau arah aliran lahar panas Gunung Agung masih akan cenderung bergerak ke arah utara. ”Arah aliran lahar panas akan cenderung ke utara karena ternyata dinding kawah di utara lebih tipis dan lebih rendah ketimbang dinding kawah di bagian timur, selatan, atau barat,” ungkapnya.
”Kalau aliran lahar panas ke barat peluangnya masih kecil karena terdapat punggungan bukit,” tambahnya.
Sementara itu, Asep Saepuloh menuturkan dengan penginderaan jauh ini juga menunjukkan adanya potensi pergerakan aliran lahar panas hingga mencapai jarak 7,5 km di utara Gunung Agung. ”Oleh karena itu. seluruh penduduk yang masih berada pada zona tersebut. Serta warga tetap waspada dan senantiasa memerhatikan arahan dari BPNB setempat,” pungkasnya. (Nita Nurdiani Putri)