BANDUNG, (CAMEON) – Sebanyak 120 orang peserta ikuti Pasanggiri ”Sanglingan Bentang Jaipong” Jugala Raya tahun 2016. Para peserta berasal dari 46 sanggar yang ada di Jawa Barat. Sebelumnya, para peserta telah mengikuti Training Camp (TC) selama 20 hari.
Acara digelar di dua tempat, yakni di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, merupakan agenda kedua yang diselenggarakan dua tahuan. Untuk acara penyisihan, digelar selama dua hari di Gedung Majestic pada 13 -14 Desember. Sedangkan, babak final akan dilaksanakan di Gedung Sabilulungan, Jumat mendatang (16/12).
Para peserta akan membawakan dua tarian. Salah satunya tarian wajib dari panitia, yaitu tari Keser Bojong dan Kawung Ateng. Tarian lainnya adalah tarian bebas hasil kreasi dari peserta.
Menurut pimpinan padepokan Jugala Gugum Gumbira ajang tersebut sebagai paramerter perkembangan tari jaipong. Bahkan, Gugum tidak pernah takut akan arus globalisasi yang kini menerjang. Da mengklaim Jaipong yang ia ciptakan kini malah semakin kaya ragam jenisnya, sehingga itu membuatnya senang.
”Kalau dulu Jaipong itu sedikit, sekarang banyak ragamnya,” ujar Gugum sekaligus ketua penyelanggara kepada wartawan saat ditemui di Gedung Majestic, Kamis (14/12).
Ia menjelaskan, Jaipong akan terus hidup mana kala bisa menjawab tantangan zaman. Di antaranya dengan melakukan kolaborasi baik dengan kontemporer dan gerak lain agar kesenian Jaipong tetap lestari. Hal tersebut akan membuat tari jaipong tetap bertahan dan berkembang.
”Tapi kalau musik sudah pasti, sudah di adopsi oleh daerah lain,1980 diadopsi oleh 22 negara,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut dirinya berharap dukungan lebih dari pemerintah. Salah satunya dari segi anggaran pelestarian dari pemerintah. Diakui olehnya, anggaran tersebut ada tiap taunnya. Namun, untuk pelestarian anggaran tersebut dirasakan olehnya masih kurang
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan kesenian sangat penting dipelajari oleh masyarakat. Sebab kesenian membentuk hardskill dan softskill orang yang mempelajarinya.
”Kita tidak ingin kita punya kampus dan sekolah tapi hanya hardskill nya saja, maka softskil pun harus dikembangkan,” ucapnya.
Khususnya masyarakat Jawa Barat, lanjut dia, harus memiliki Hard and softskill yang seimbang. Sehingga mampu menciptakan masyarakat yang berkualitas. Dalam kesempatan tersebut, pihaknya terus melakukan upaya pelestarian lebih dari 254 jenis tarian yang ada. Salah satunya, dengan berusaha memasukannya pada dunia pendidikan.
Misalkan memasukan pada ekstrakulikuler. Dia menilai dari lembaga lembaga pendidikan. akan mampu mentransfer nilai-nilai kebudayaan yang ada. Sehingga dengan nuansa yang lebih santai akan memudahkan pelajar menyerap nilai-nilai tersebut.
”Jangan sampai membebani, tapi kita buat lebih santai yang ada adalah transfer nilai kebudayaan maka itu tidak akan membebani,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, kesenian itu harus terus bergerak secara dinamis ke dalam ruang emosi audiens. Selanjutnya audiens atau masyarakat dapat menikmati. Jangan sampai dengan alasan ingin mempertahankan tradisi tetapi tuntutan masyarakat sebagai penikmat tidak diperhatikan.
”Ikuti tuntutan jaman, jangan dilawan tanpa mengurangi jati diri aslinya,” katanya.
Selanjutnya ia pun mengatakan untuk mengapresiasi upaya pelestarian kesenian khsusnya Jaipong melalui acara pasanggiri ini. Menurutnya acara seperti ini akan mampu menjadi ruang-ruang kreasi para seniman dalam mengekspresikan hasrat keseniannya.
Selain itu, ia pun berjanji akan menambah hadiah sebesar Rp 50 juta untuk pemenang. Hal itu sebagai upaya agar masyarakat merasa bangga terhadap siapapun yang melestarikan warisan leluhurnya.
”Ini kecil nominalnya, tapi kita akan terus berusaha menghargai siapapun yang bersemangat dalam melestarikan kebudayaan asli sunda,” pungkasnya. (Putri)