News

Pandai Besi Tua yang Menolak Tua, Bekerja dari Pagi Sampai Senja

410
×

Pandai Besi Tua yang Menolak Tua, Bekerja dari Pagi Sampai Senja

Sebarkan artikel ini

KAB BANDUNG (CM) – Dalam usianya yang senja bahkan hampir sama umurnya dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tak membuat Abah Maman (75) berhenti dari kecintaanya menempa besi-besi tua menjadi karya yang luarbiasa.

Profesi pandai besi sudah dikenal sejak jaman dulu, namun kini keberadaan pandai besi nyaris terlupakan seiring dengan banyaknya perkakas pabrik.

Api di tungku pembakaran itu semakin membesar setelah mesin peniup angin dinyalakan. Demikian besar hingga nyaris menjilat atap asbes di bengkel besi tempa milik Abah, di Kampung Babakan Buah, Ciparay, Kabupaten Bandung. keahlian dan keterampilan menempa besi secara tradisional ini masih ditekuni segelintir orang. Bahkan, diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi dan bertahan hingga saat ini.

Sebagai seorang pandai besi, Abah memulai pekerjaannya semenjak lulus dari Sekolah Rakyat semenjak Abah muda yang kemudian pekerjaan pandai besi ini.

“Alhamdulillah kang, Abah dibantu oleh anak meskipun masih belum maksimal dan agak malas,” jelas Abah dengan nada lemah lembut sambil mengasah golok cacah pesanan pelanggan yang hendak digunakan untuk kurban nanti.

Beberapa saat kemudian, pekerjaan lelaki berusia 75 tahun itu rampung. Uang Rp70.000 dan Rp30.000 untuk golok dan pisau dapur dengan ketajaman sempurna itu, berpindah ke kantong .

Abah adalah salah satu dari sedikit pandai besi tradisional yang masih tersisa. Keahlian dan keterampilannya menempa besi menjadi aneka perkakas dikenal banyak kalangan mulai dari TNI, POLRI, Ustadz, dan Petani sekitar Ciparay, Kabupaten Bandung. Karena Abah menggunakan teknik Sepuh menggunakan air yang menjadikannya special yang terbilang lumayan sulit, sebab saat ini kebanyakan pandai besi menggunakan teknik sepuh oli yang tidak terlalu sulit dan sedikit resiko besi yang sudah ditempa akan patah.

“Kemarin itu baru beres bikin pesenan dari anggota POLRI, dan dulu pernah juga Abah dapet pesanan bikin pisau komando buat anggota TNI. Ya banyak lah yang datang kesini, kalau tidak bagus tidak akan ada yang datang, yang beli kapok. Makanya kalau tidak bagus nanti orang yang beli kapok,” tuturnya.

Di usia senjanya, Abah masih bekerja bersama 2 orang rekannya. Kalau tidak ada, Abah biasanya dibantu oleh anak bungsunya. Kecuali untuk proses finishing dan memperbaiki bilah, Abah mengerjakan nya sendiri bahkan terkadang menempa besi yang masih belum dibentuk pun sendiri juga.

Dia pun sudah tak seproduktif dulu karena tenaga makin berkurang dan gangguan kesehatan mulai menghinggapi tubuh rentanya yang tak lagi berotot.

“Sekarang tenaga sudah kendur, enggak seperti dulu. Ini baru beres 2 pesenan dari pesantren Baitul Arqom Pacet, belum yang dari Maruyung untuk nanti Kurban juga. Sekarang mah sehari paling maksimal bisa maksimal 17 pesanan, kalau dulu mah sampai 40 kuat dari pagi pukul 7.00 sampai pukul 17.00 sore hari,” bebernya

Dalam sehari ia bisa menerima minimal 8 pesanan yang kebanyakan adalah Golok sembelih, golok cacah, dam pisau dapur. Pesanan yang diterima biasanya bisa selesai dalam 3 hari karena banyaknya pesanan yang masih dalam proses .

Rian (33) seorang pengunjung menyampaikan, bahwa ia sudah sering memesan alat kebutuhan sembelih,pisau dapur, cacah tulang disini.

“Sudah lama saya menjadi pelanggan disini, hampir 3 tahun selalu saya memesan golok disini. Dan ketika saudara saya bertanya tentang keunggulan golok disini, akhirnya saya arahkan juga supaya memesan golok disini,” kata Rian.

Meski begitu, Abah masih kukuh melakoni profesinya dan tak ingin berhenti selagi mampu. Walaupun tubuh sudah mulai membungkuk, tapi semangat Abah dalam menempa besi tua masih membara seperti tungku pembakaran. Abah mengatakan, keluarga sudah menjadi pandai besi sejak sebelum kemerdekaan Indonesia. Abah berharap usahanya bisa terus berjalan dan bisa diwariskan ke anak cucunya.

Selain sebagai mata pencaharian, juga melestarikan tradisi keluarga turun temurun dari yang asalnya keluarga Abah keturunan dari pandai besi Ciwidey yang terkenal sebagai salah satu sentra penghasil produk golok tajam. (Iqbal Hiqmawan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *