News

Paling Rendah Se-Jawa dan Bali, BI Tasikmalaya Kendalikan Inflasi Diangka 2 Persen

338
×

Paling Rendah Se-Jawa dan Bali, BI Tasikmalaya Kendalikan Inflasi Diangka 2 Persen

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya, Heru Saptaji mengatakan, pada bulan September 2019, Indeks Harga Konsumen (IHK) Tasikmalaya tercatat mengalami deflasi 0,38% (mtm). Angka-angka ini membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 0,04% (mtm).

“Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun berjalan Kota Tasikmalaya September 2019 adalah 1,39% (ytd). Adapun secara tahunan, mengalami inflasi 1,96% (yoy), terendah ke-2 di Jawa dan Bali,” terang Heru di Kantor BI Tasikmalaya, Jalan Sutisna Senjaya Kecamatan Tawang Jumat (11/10/2019).

Ia menyebutkan, sepanjang tahun 2019, Kota Tasikmalaya mencapai inflasi terendah di Jawa dan Bali. Kondisi ini terjadi pada bulan Januari, Maret, Mei sampai Juli.

Deflasi di Kota Tasikmalaya didukung penurunan harga kelompok bahan makanan sebesar -2,42% (mtm) yang memberikan andil -0,44% terhadap inflasi IHK, terendah dalam 3 tahun terakhir. Komoditas utama.

“Pendorong deflasi adalah normalisasi harga cabai rawit (andil -0,088%) dan cabai merah (andil -0,056%) setelah memasuki masa panen pada akhir Agustus dan masih berlangsung sampai September sehingga pasokan kembali tercukupi setelah 3 bulan sebelumnya mengalami keterbatasan supply,” jelasnya.

Selain itu, harga bawang merah masih menurun sehubungan dengan panen yang masih berlangsung sejak bulan Agustus di daerah sentra produksi sehingga pasokan melimpah.

“Sejalan dengan kondisi nasional, harga daging dan telur ayam juga mengalami penurunan. Sehubungan dengan tercukupinya pasokan di saat permintaan cenderung menurun. Di sisi lain, tekanan utama inflasi berasal dari kenaikan biaya kursus komputer sebesar 20,98% (mtm) dengan andil 0,018% dan bimbingan belajar yang meningkat 4,75% (mtm) dengan andil 0,016%,” jelas, Heru.

Seiring dengan perkembangan harga pada 2 komoditas tersebut secara historis mengalami kenaikan 1 kali per tahun pada bulan Agustus atau September berkenaan dengan masuknya periode tahun ajaran baru.

“Inflasi didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan (andil 0,014%) yang turut didorong oleh tren kenaikan harga emas dunia. Pada bulan Oktober 2019 Kota Tasikmalaya diperkirakan kembali mengalami deflasi yang masih didukung oleh normalisasi harga cabai merah, cabai rawit, dan cabai hijau, serta daging ayam dan bawang merah,” ujarnya.

Ia juga menyebutkan, di sisi lain, tekanan inflasi juga diperkirakan berasal dari bahan bangunan seperti batu dan pasir, sehubungan dengan perkiraan peningkatan pembangunan investasi pada triwulan III karena mengejar penyelesaian pembangunan tahun 2019.

Selain itu, “potensi tekanan inflasi dari risiko kenaikan harga emas perhiasan juga masih dapat terjadi di Tasikmalaya per 7 Oktober 2019 termasuk peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM),” pungkasnya. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *