PANGANDARAN (CAMEON) – Perlengkapan alat kesenian Ronggeng Gunung yang saat ini ada di salah satu juru kunci Situs Keramat Jambu Handap, Desa Bojong, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat ini diyakini berasal dari Kerajaan Mataram. hal tersebut di sampaikan oleh Didin seorang pelaku seni asal Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang.
“Kesenian Tradisional Ronggeng Gunung merupakan salah satu warisan budaya leluhur Pangandaran yang masih ada dan hingga saat ini masih sangat lestari di Kabupaten Pangandara, Bahkan kesenian tersebut masih marak di gelar oleh masyarakat Pangandaran di berbagai acara kegiatan seperti hajatan,” ujarnya kepada CAMEON.
Namun, lanjut Didin. Setelah dirinya melakukan penelitian lebih jauh ternyata ada salah satu tangga nada yang dimainkan dalam tradisi Ronggeng Gunung yang merupakan suara intonasi nada – nada pada peralatan kuno Ronggeng Gunung itu merupakan laras Mataraman,” Nada jaman dulu berbeda dengan laras nada jaman sekarang, Kalau jaman dulu standar suara surupan nada pada angka 54 dan sekarang standar surupan nada pada angka 56. Jika suara surupan nada 54 maka suara yang keluar lebih tinggi bila dibandingkan dengan suara surupan nada 56,” jelas Didin.
“Pada alat musik Bonang kuno merupakan alat kesenian Ronggeng Gunung yang mengeluarkan tiga nada diantaranya da = 1 = A sedangkan nada na = 3 = cis dan nada ti = 4 =D. Apabila ke tiga nada tersebut dimainkan dengan surupan nada pada angka 56 maka da = 1 = G sedangkan nada NA = 3 = C dan nada TI = 4 = CIS, dengan demikian secara jarak nada atau interval suara yang dimainkan jaman dulu lebih ke laras salendro Padantara,” paparnya.
Jadi, kata Didin. Nada laras suara alat musik gamelan seluruhnya ada 5,Namun pada umumnya yang sering dimainkan hanya 4 yaitu Pelog, Salendro,Madenda Degung, “Dan yang terakhir adalah Mataraman yang sangat jarang dimainkan, Jadi nada laras kesenian tarian ronggeng gunung Pangandaran ada keterkaitan erat dengan kerajaan Mataram karena nada yang keluar dari alat kuno tersebut menandakan ciri khas Kerajaan Mataram,” pungkasnya. (Andriansyah)
Discussion about this post