PURWAKARTA (CM) – Di tengah sejuknya malam di Kebun ABM Al-Muhajirin 5 Purwakarta, ratusan sosok berseragam Pramuka duduk bersila, mata mereka terpaku pada panggung di hadapan. Mereka adalah para pembina Pramuka dari penjuru Jawa Barat, bahkan melintas batas hingga DKI Jakarta, yang berkumpul bukan untuk sekadar pelatihan biasa, melainkan untuk sebuah pertemuan sarat makna: Karang Pamitran Sako Pramuka Pandu Maarif NU Jawa Barat, berpadu dengan Hari Lahir (Harlah) LP Maarif NU ke-96. Selama tiga hari, dari 19 hingga 21 September 2025, atmosfer kebersamaan, inovasi, dan peningkatan kapasitas begitu terasa, merajut benang-benang persaudaraan dalam semangat kepanduan dan ke-NU-an.
Sejak awal kegiatan, para peserta sudah hanyut dalam kegiatan. Di ruangan semi-terbuka yang dihiasi cahaya remang, memancarkan kehangatan dan fokus para peserta. Terlihat kerumunan pembina yang khusyuk menyimak, dengan layar presentasi memantulkan cahaya biru, menjadi saksi bisu setiap inspirasi yang dibagikan. Ini bukan sekadar perkumpulan, melainkan sebuah laboratorium gagasan, tempat para pembina mengasah diri demi membentuk generasi Pramuka yang tangguh.
Pembukaan acara berlangsung meriah, menandai dimulainya lembaran baru bagi kepanduan di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Hadir sejumlah nama besar yang menjadi pilar kekuatan LP Maarif NU dan Kemenag, antara lain Prof. KH. M. Ali Ramdani, Ketua Umum LP Maarif NU PBNU; Prof. KH. Abun Bunyamin, MA, Rois Suriyah PWNU Jawa Barat; serta Dr. H. Sholeh Abwa, Sekretaris Sako Pramuka Pandu Maarif NU PBNU. Kehadiran mereka menegaskan komitmen kolektif terhadap pendidikan karakter dan kepanduan.
Filosofi Bisnis di Balik Pendidikan Karakter
Dr. Hj. Ifa Faizah Rahmah, Ketua LP Maarif NU Jawa Barat, dengan bijak menguntai makna filosofis di balik pemilihan lokasi acara. Mengutip Syaikhuna Prof. KH. Abun Bunyamin, ia menyampaikan harapan agar para santri tidak hanya menjadi ulama, namun juga mampu merambah dunia usaha.
”Pramuka bukan hanya soal baris-berbaris atau tali-temali, tapi juga soal bagaimana membentuk kemandirian dan jiwa kewirausahaan,” ujar Dr. Ifa. “Filosofi ini tidak sekadar jargon, namun menjadi kompas bagi kita untuk mencetak pembina yang tak hanya memiliki integritas keagamaan, tetapi juga adaptif dan visioner, siap menghadapi tantangan zaman.”
Menempa Agen Pelestarian Berkarakter Aswaja dan Berdaya Saing
Momen pemotongan tumpeng oleh Prof. KH. M. Ali Ramdani menjadi simbolis dimulainya babak baru. Dalam pesannya, beliau menekankan pentingnya peran Sako Pramuka Pandu Maarif NU sebagai agen pelestarian kepanduan yang berkarakter khas ke-NU-an, yang kokoh dalam nilai-nilai Aswaja Annahdliyah, namun juga memiliki daya saing global.
”Kita harus membentuk anak-anak Pramuka yang berkarakter khas ke-NU-an, tangguh, dan tidak gampang menyerah,” tegas Prof. Ali Ramdani. “Harapan kita, lulusan dari madrasah dan pesantren ini tidak hanya menjadi ulama, tetapi juga bisa menjadi sarjana yang profesional atau pengusaha yang sukses dan bermanfaat bagi masyarakat.”
Dengan tema yang diusung, “Meningkatkan Kualitas Pembinaan Pramuka Berbasis Nilai-nilai Ahlussunah Waljamaah Annahdliyah Untuk Membangun Ketahanan Bangsa,” Karang Pamitran 2025 ini tak sekadar menjadi ajang silaturahmi. Ia adalah kawah candradimuka, tempat para pembina berbagi praktik baik, memperluas wawasan, dan memperdalam pemahaman fundamental kepramukaan yang berlandaskan nilai-nilai luhur.
Bekal Komprehensif untuk Pembina
Sesi-sesi yang disajikan pun tak kalah menarik. H. Harianto Ogie dan H. Sholeh Abwa hadir membawa informasi vital mengenai “Kemah Kemanusiaan Internasional (Scout for Peace and Humanity)” yang akan digelar di Pondok Pesantren Annur 2 Malang, Jawa Timur. Sebuah inisiatif yang memperluas cakrawala Pramuka menuju isu-isu kemanusiaan global.
Tak hanya itu, kehadiran M. Hiqal Fahrurrozi dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) juga menjadi sorotan. Materinya tentang “Mengenal Lebih Dekat Relawan Bencana NU” membekali para pembina dengan pengetahuan praktis dan kesadaran akan pentingnya peran kerelawanan dalam menghadapi bencana.
”Kami hadir untuk membekali para pembina dengan pengetahuan tentang tanggap bencana. Karena Pramuka bukan hanya soal kemah di hutan, tapi juga soal kepedulian sosial, bagaimana mereka bisa menjadi garda terdepan saat masyarakat membutuhkan,” jelas Hiqal.
Di penghujung acara, semangat kebersamaan dan tekad untuk terus bertumbuh begitu membara. Karang Pamitran ini diharapkan bukan hanya menjadi catatan dalam sejarah, melainkan pijakan kuat untuk melahirkan pembina-pembina Pramuka yang unggul dan berdaya saing. Pembina yang siap membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki karakter kuat, berwawasan luas, dan tak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, melainkan juga bagi agama, nusa, dan bangsa.