BANDUNG, (CAMEON) – Sejumlah pemuda dan warga di wilayah RW 09 Kelurahan Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung, mendaur ulang sampah rumah tangga menjadi sebuah kerajinan tangan.
Dari hasil karyanya, sampah-sampah ini di sulap menjadi barang yang bernilai ekonomi bagi warga sekitar. Beberapa hasil kerajinannya itu diantaranya, dompet, lampu tidur, celengan, kantong, piring plastik untuk buah-buahan, dan sederet kerajinan tangan lainnya.
“Setelah jadi, kita pasarkan ke pameran-pameran yang ada di Jabar. Biasanya ada juga kunjungan anak mahasiswa yang datang ke sini, jadi kita perkenalkan juga ke mahasiswa dan ada juga yang beli, uangnya nanti kita kasihkan ke si pengrajinnya,” kata salah satu pembuat kerajinan tangan, Asep Dimyati.
Dikatakan Asep, mendaur ulang sampah, sama juga membantu petugas kebersihan untuk mengatasi masalah sampah yang ada di wilayahnya tersebut. Sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS), 50 persen sampah sudah di pilah terlebih dahulu oleh warga untuk dijadikan bahan kerajinan tangan.
“Sebelumnya petugas kebersihan hanya menarik sampah dan langsung di buang ke TPS. Kalau sekarang kan enggak, karena sudah kita pilah juga sampahnya,” ujarnya.
Adanya kegiatan mendaur ulang sampah di wilayahnya itu, jelas memberikan manfaat besar bagi warga sekitar. Tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi bagi warga sekitar, tapi juga lingkungannya jauh lebih bersih, sehat dan warga pun bisa jauh lebih kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang bisa bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang-orang sekelilingnya.
“Yang jelas sampah jadi berkurang. Sekarang mereka (warga) kalau melihat sampah bisa lebih kreatif. Perubahan yang bisa dilihat, Mulai dari kebersihan lingkungan, mereka sadar bahwa sampah bisa dimanfaatkan.
Kebanyakan yang bikin Ibu-ibu, ada juga pemuda,” ucapnya.
Soal harga kerajinan tangan hasil daur ulang sampah ini memang cukup berfariasi, mulai dari 150 ribu hingga lima ribu rupiah. Untuk lampu tidur di banderol seharga 150 ribu, dompet delapan ribu sampai 60 ribu, celengan 25 ribu, piring untuk sayuran dan buah-buahan 15 ribu, kantong untuk ke pasar 110 ribu, dan gantungan kunci lima ribu.
“Harga ditentukan bukan dari besar atau kecil, tapi dari tingkat kesulitan saat membuatnya. Kalau bikin dompet maksimal dua minggu, paling cepat bisa empat hari,” imbuhnya.
Dia berharap, dengan adanya kegiatan mendaur ulang sampah di wilayahnya itu, bisa menularkan ilmunya ke tetangga-tetangga lainnya untuk ikut serta mendaur ulang sampah.
“Kami akan produksi terus selama ada sampah yang bisa kita manfaatkan. Kita manfaatkan sampah tersebut,” pungkasnya. (Kky)