KAB TASIKMALAYA (CM) – Kanker serviks atau kanker leher rahim deretan kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia. Deteksi dini kanker serviks lewat pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dianggap dapat membantu menyelamatkan banyak wanita karena relatif mudah dilakukan dan hasilnya cepat diperoleh.
Kegiatan pemeriksaan berlangsung Desa Guranteng Kecamatan Pageurageung, Kabupaten Tasikmalaya.
Kepala Seksi Jaminan Pelayanan Keluarga Berencana pada Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, Risi Rizka Dewi, Am, Keb, S.Km, Rabu (22/07/2020), mengatakan, Pemeriksaan IVA dilakukan dengan meneteskan asam asetat (asam cuka) pada permukaan mulut rahim.
“Teknik ini dinilai terjangkau, mudah, hanya memerlukan alat sederhana, dan hasilnya bisa langsung didapatkan,” ujarnya. Untuk melakukan tes ini, dilakukan oleh para dokter di rumah sakit, klinik, atau puskesmas.
Adapun dalam Pemeriksaan IVA dilakukan dengan langkah-langkah yakni berbaring dengan posisi kaki terbuka (litotomi). Dokter akan memasukkan alat bernama spekulum atau cocor bebek ke dalam vagina.
“Nantinya, alat ini berfungsi menahan mulut vagina terbuka, sehingga leher dan mulut rahim dapat terlihat. Kemudian dokter akan mencelup gumpalan kapas bertangkai (mirip cotton bud) ke larutan asam asetat (asam cuka) kadar 3-5%,” imbuhnya
“Gumpalan kapas yang telah dibasahi oleh asam asetat akan dioleskan perlahan ke permukaan jaringan serviks, Sehingga Dokter akan menunggu selama 1 menit untuk menilai reaksi yang muncul, biasanya berupa perubahan warna pada area serviks yang telah dioleskan asam asetat,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk, dr. Heru Suharto menjelaskan, jaringan serviks yang sehat tidak akan mengalami perubahan warna setelah dioleskan asam asetat.
“Namun jika terdapat sel abnormal pada serviks, akan muncul bercak putih pada permukaan leher rahim. Hal ini dapat menandakan adanya sel tumor atau sel kanker pada serviks,” imbuhnya.
Sebagai tindak lanjutnya, dokter akan merujuk ke dokter ahli kebidanan dan kandungan agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Terlebih jika mengalami keluhan, seperti perdarahan vagina dan keputihan yang mencurigakan.
Pemeriksaan IVA sangat dianjurkan bagi wanita yang berisiko terhadap kanker serviks, misalnya wanita dengan riwayat kanker serviks dalam keluarga (keturunan), memiliki lebih dari satu pasangan seksual, atau pernah mengalami infeksi menular seksual.
Ia memaparkan, secara umum tingkat keakuratan pemeriksaan IVA memang lebih rendah dibandingkan pemeriksaan lain untuk kanker serviks, yaitu hanya 61%. Pemeriksaan pap smear memiliki tingkat keakuratan sekitar 80%, dan pemeriksaan kolposkopi sekitar 75%.
“Pemeriksaan IVA adalah upaya paling mudah untuk mendeteksi kanker serviks secara dini, terlebih bila Anda berada di lokasi yang jauh dari fasilitas kesehatan dengan sarana dan prasarana yang memadai,” pungkasnya. (Amas)





