News

Lonjakan Pendaki FOMO dan Pemula di Era Media Sosial, Wanapala Gelar Seminar Edukasi Keselamatan dan Pelestarian Alam

141
×

Lonjakan Pendaki FOMO dan Pemula di Era Media Sosial, Wanapala Gelar Seminar Edukasi Keselamatan dan Pelestarian Alam

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIK (CM) – Tren mendaki gunung kembali melonjak drastis dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini tidak lepas dari masifnya unggahan media sosial yang menampilkan pemandangan spektakuler dari puncak gunung: lautan awan yang menawan, sunrise berwarna keemasan, hingga deretan tenda berwarna-warni yang tampak eksotis di ketinggian.

Keindahan alam Indonesia yang viral ini berhasil memikat banyak orang untuk mencoba mendaki, bahkan mereka yang awalnya tidak memiliki ketertarikan terhadap kegiatan outdoor.

Fenomena tersebut memunculkan dua tipe pendaki baru: pendaki pemula yang mulai menjadikan aktivitas hiking sebagai sarana olahraga dan penyembuhan diri, serta pendaki FOMO (fear of missing out)—yang lebih terdorong tren dan ingin tampil eksis di media sosial.

Namun di balik euforia tersebut, muncul kekhawatiran mengenai keselamatan pendaki dan kelestarian alam. Mendaki gunung bukan sekadar soal menaklukkan ketinggian atau mengabadikan foto.

Banyak pendaki pemula dan FOMO yang memulai perjalanan tanpa bekal pengetahuan dasar, seperti: Manajemen logistik yang buruk, Tidak memahami cuaca gunung yang ekstrem, Tidak membawa peralatan keselamatan memadai, Kurangnya pemahaman navigasi dan survival serta tidak mengetahui aturan konservasi dan mitigasi

Beberapa kasus menunjukkan meningkatnya insiden pendaki tersesat, kelelahan ekstrem (hypothermia), hingga pencemaran lingkungan akibat sampah.

Ancaman bencana alam seperti longsor, badai, maupun potensi kebakaran hutan juga sering tidak diperhitungkan secara matang. Padahal, menurut BNPB dan BPBD, mitigasi dan kesiapsiagaan sangat penting untuk menekan angka kecelakaan dan kerusakan alam di kawasan pegunungan.

Wanapala Bangun Pendaki yang Bertanggung Jawab

Sebagai organisasi pecinta alam yang telah berdiri selama 30 tahun, Wanapala merasa memiliki peran besar dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap keselamatan dan konservasi melalui seminar bertajuk “Penggiat Alam: Pendakian Aman, Konservasi Alam dan Mitigasi Bencana bagi Pemula” pada 29 November 2025di Gedung Creative Center Tasikmalaya dengan tema “Nyingraykeun Lalangse Naratas Lemah”

kegiatan ini hadir sebagai sarana edukasi langsung dari para ahli kepada masyarakat yang baru mengenal aktivitas pendakian.

Ketua Pelaksana Candra “Keyeup” Sulistya menyampaikan, “Fenomena meningkatnya pendaki harus diimbangi dengan edukasi. Melalui kegiatan ini, pendaki bisa belajar langsung mengenai pendakian aman, konservasi lingkungan, serta teknik dasar mitigasi bencana.” Selasa (18/11/2025)

Pemateri yang akan hadir menurut Keyeup memiliki rekam jejak nyata dalam dunia pendakian dan konservasi, seperti Nurhuda seorang Anggota Wanadri & Pendaki Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia yang Mencapai Puncak Everest, Nepal, Mei 2012 — tertinggi di dunia (8.848 mdpl) yang kan berbagi pengalaman survival dan manajemen risiko ekstrem.

Dan Firman K. Narasumber kedua yang Expert di budang Panjat Tebing yang aktif dalam misi kemanusiaan dan konservasi alam. Serta Perwakilan BKSDA Wilayah VI Jawa Barat yang akan memberikan edukasi tentang perlindungan flora dan fauna gunung.

Ketua Umum Wanapala Dera Apriadi saat ditemui awak media mengingatkan “Gunung akan selalu ada. Tapi kesempatan hidup kedua belum tentu. Mari mendaki dengan kesadaran penuh, bukan demi gengsi atau sekadar konten.”

Menurutnya, para pendaki perlu menerapkan etika lingkungan seperti Reduce, reuse, dan carry back sampah pribadi, tidak merusak vegetasi dan habitat satwa, waspada terhadap potensi api dan cuaca ekstrem serta menghormati adat dan budaya lokal, dengan demikian, alam tetap lestari dan pendakian dapat menjadi aktivitas yang aman serta berkelanjutan.

Ajakan untuk Pendaki Pemula & FOMO: Jadilah Pendaki Bijak

Edifikasi ini diharapkan mampu Mengurangi kecelakaan dan korban jiwa, Menekan kerusakan lingkungan gunung, Meningkatkan jumlah pendaki yang memiliki etika konservasi, Membentuk budaya pendakian yang lebih bertanggung jawab.

Karena sesungguhnya, pendakian bukan hanya tentang mencapai puncak, tetapi tentang perjalanan pulang dengan selamat dan meninggalkan alam dalam kondisi terbaik.

Pada kesempatan ini Ketua Wanapala Dera mengundang seluruh pecinta alam, komunitas pendaki, hingga mahasiswa pencinta alam untuk turut hadir dalam seminar ini sebagai bentuk langkah kecil untuk perubahan besar.

“Kami mengundang seluruh pecinta alam, komunitas pendaki, hingga mahasiswa pencinta alam untuk turut hadir dalam seminar ini sebagai bentuk langkah kecil untuk perubahan besar.”pungkas Dera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *