KOTA TASIK (CM) – Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, memeriahkan Hari Jantung Sedunia dengan semangat tinggi melalui kegiatan edukasi deteksi aritmia yang unik, yaitu menggunakan metode “MENARI” (Meraba Nadi Sendiri). Kegiatan ini diselenggarakan di halaman parkir RS Tasik Medika Citratama (TMC), Jalan KHZ Mustofa 310, Cihideung, Kota Tasikmalaya, pada Kamis (28/9/2023), dan mendapat dukungan dari RS TMC, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) Kota Tasikmalaya, dan Persatuan Wredatama Seluruh Indonesia (PWRI) Kota Tasikmalaya.
Aritmia, yang merupakan kondisi irama jantung yang tidak teratur, dapat memiliki dampak serius bagi penderitanya. Sayangnya, banyak orang, tidak hanya di Kota Tasikmalaya tetapi juga di seluruh Indonesia, mungkin menderita aritmia tanpa menyadarinya. Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah dokter spesialis dari PERKI Kota Tasikmalaya memberikan edukasi kepada ratusan peserta lansia yang hadir.
Dalam salah satu sesi talk show, seorang dokter menjelaskan bahwa gejala aritmia bervariasi, mulai dari tidak ada gejala hingga gejala serius seperti detak jantung tidak teratur, sesak napas, pingsan, stroke, atau kejang. Namun, aritmia dapat dideteksi secara mandiri dengan metode “MENARI,” yang merupakan singkatan dari Meraba Nadi Sendiri. Metode ini melibatkan langkah-langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja untuk memeriksa denyut nadi mereka sendiri.
Langkah-langkah “MENARI” termasuk:
1. Genggam pergelangan tangan.
2. Rabalah dengan jari telunjuk, tengah, dan manis tonjolan tulang di bagian bawah pangkal ibu jari.
3. Geser sedikit ke arah tengah pergelangan.
4. Rasakan denyutan dan hitung dalam 30 detik.
Jika denyutan terasa tidak teratur atau jumlah denyutan di atas 50 atau di bawah 30, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter umum atau dokter spesialis jantung di fasilitas kesehatan terdekat.
Selama acara, beberapa dokter juga melakukan praktik “MENARI” dengan mendekati peserta lansia dan membantu mereka meraba denyut nadi di pergelangan tangan. Ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang deteksi aritmia.
Peserta yang hadir merespons positif kegiatan ini. Salah satu peserta, H. Rahmat Kurnia, Ketua PWRI Kota Tasikmalaya, mengapresiasi acara tersebut dan menekankan pentingnya aktivitas fisik bagi lansia dalam menjaga kesehatan jantung.
“Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, apalagi tadi dilakukan senam aerobik bagi para pensiunan dan kita berharap aktivitas ini menjadi satu upaya untuk selalu menjadi bugar, karena kalau bugar sudah tentu sehat,” ungkapnya.
Seorang peserta lansia bernama Idis (69) dari Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, juga menilai kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit jantung. Ia menyadari bahwa penyakit jantung sering dialami oleh orang-orang di usia lanjut, antara 50 hingga 75 tahun. Dengan konsep “MENARI,” mereka dapat mendeteksi kondisi denyut nadi mereka secara dini.
“Menurut saya ini acara sangat penting sekali, para pensiunan kan sudah lanjut usia yang rentan terhadap penyakit jantung, sampai saat ini pun para pensiunan tidak semuanya memeriksakan diri ke dokter secara kontinyu, dengan konsep menari kita dapat mendeteksi secara awal terhadap denyut nadi kita,” pungkasnya.
Acara ini menjadi bukti nyata betapa pentingnya edukasi deteksi dini aritmia dalam menjaga kesehatan jantung, terutama bagi lansia di Kota Tasikmalaya. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari acara ini, diharapkan mereka dapat lebih baik dalam menjaga kesehatan jantung mereka sendiri.