KOTA BANDUNG (CM) – Didirikan pada tahun 1998, Partai Bulan Bintang saat ini berjuang untuk meraih kemenangan Parlementry Treshold. Sejarah menulis bahwa PBB adalah “Partai Masyumi Baru”.
Partai Masyumi yang dahulu didirikan oleh Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) yakni cikal bakal dari lahirnya partai ini. Berasaskan Islam, PBB ingin tetap mengacu kepada Islam yang moderat. Tidak mengadopsi Islam garis keras, dan tidak mengadopsi Islam sekuler.
Hingar bingar perpolitikan di negeri ini gempar, ketika adanya kabar bahwa ketua umum PBB merapat ke kubu Jokowi-Ma’ruf. Disela-sela orasinya, Yusril mengatakan bahwa dirinya harus bersikap profesional. Jadi advokat itu, bukan berarti ikut kepada yang dibela.
Hal itu dinyatakannya ketika menghadiri rapat akbar konsolidasi caleg se-Provinsi Jawa Barat di salah satu hotel berbintang di Bandung, Minggu (11/11/2018). “Kita jadi advokat itu harus jelas, membela siapapun tanpa melihat ideologinya. Bukan berarti orang salah harus dibebaskan, orang benar harus dihukum. Saya terima menjadi lawyer Jokowi Ma’ruf , karena ini adalah naluri politik saya. Hal ini semata-mata karena Profesionalisme saya sebagai lawyer,” ungkap Yusril.
Sementara, Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB), Afriansyah Ferry Noer menuturkan, tawaran dari tim Jokowi-Ma’ruf itu sudah lama. Menurut Afriansyah yang meminta Yusril menjadi pengacara adalah Jokowi langsung. Hanya saja alur komunikasinya melalui Erick Thohir.
PBB meminta saran kepada Ketua FPI, Habib Rizieq. Dia berkata, salah satu alasan mengapa Yusril akhrinya mau menjadi pengacara Jokowi lantaran sikap Prabowo Subianto yang dirasa tak menganggap penting posisi PBB.
“Ini kami tidak pernah diajak ngomong, dianggap remeh bos sama Prabowo,” ungkap Afriansyah. PBB sudah mencoba berulangkali membangun komunikasi dengan Prabowo, namun tak ada respon.
Beberapa waktu yang lalu, Afriansyah dan Ketua Majelis Syuro PBB MS Kaban sempat diutus Yusril ke Saudi Arabia untuk bertemu dengan Habib Rizieq. Selain membahas tentang kasus Habib Rizieq, mereka juga menyampaikan cerita terkait renggangnya hubungan PBB dengan Prabowo.
“Ya Habib juga paham dan Habib cerita, Prabowo bukan pasangan yang terbaik, tetapi daripada Jokowi lebih baik Prabowo, itu bahasanya Habib. Dan dia menghargai betul keputusan PBB dan ketua umum yang belum buru-buru menentukan sikap,” imbuhnya. Meski begitu, mantan ketua Brigade Hizbullah atau paramiliter PBB tersebut menegaskan, sejauh ini PBB tetap belum memutuskan untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf atau Prabowo-Sandiaga Uno dalam Pilpres 2019.
Terkait hal itu masih akan ditentukan dalam Rakornas PBB pada awal Desember tahun ini. Hanya saja secara personal, menurut Afriansyah, hanya MS Kaban yang sudah merapat ke kubu Prabowo-Sandiaga. “Prabowo tidak ada komitmen apa-apa dengan PBB,” tegasnya.
Sekitar dua bulan yang lalu, Yusril sempat menegaskan alasan mengapa PBB belum menentukan dukungan ke Prabowo-Sandiaga dalam Pilpres 2019. Sebab yang diuntungkan dalam Pileg 2019 menurutnya hanya Partai Gerindra. “Kami enggak mau sembarangan dukung Pak Prabowo, yang pasti akan diuntungkan Gerindra karena masyarakat berpikir ini calon dari Partai Gerindra.
Pada intinya, saat ini PBB tetap fokus pada pileg dan berjuang untuk meraih kemenangan Parlementry Treshold. (Intan)