CIMAHI, (CAMEON) – Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cimahi mengklaim ada sejumlah negara yang tertarik berinvestasi dibidang penerapan teknologi pengolahan sampah di Kota Cimahi.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi, Aris Permono mengatakan, meski sudah ada sejumlah negara yang tertarik, namun hingga kini kejelasan mengenai perusahaan yang akan berinvestasi belum diketahui secara pasti.
“Di antaranya perusahaan asal Austraila, China, Korea dan Amerika,” terangnya, Kamis (29/9/2016).
Penggunaan teknologi pengolahan sampah merupakan antisipasi terkait segera habisnya masa kontrak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Sarimukti, Kab. Bandung Barat pada Desember 2017 mendatang.
Selama ini, memang sampah buangan dari Kota Cimahi mengandalkan TPA Sarimukti setelah TPA Cireundeu, Cimahi Selatan tak digunakan lagi akibat longsor beberapa tahun silam.
Namun, penggunaan teknologi pengolahan sampah terkendala oleh keterbatasan lahan. Hal tersebut menjadi pekerjaan Pemkot Cimahi sebelum masa akhir kontrak Sarimukti tuntas.
“Butuh sekitar 2 hektar. Kami masih mencari untuk menentukan pengolahan sampah. Lahan itu sifatnya kami jual, jadi tidak menyediakan. Kami ga beli teknologi itu. Bentuk kerjasamanya sampah kita harus buang ke perusahaan,” jelas Aris.
Beberapa waktu lalu, Pemkot sempat mewacanakan membuka kembali lahan Cireunde. Namun hingga kini belum ada kejelasan.
Aris berharap permasalahan lahan dan investor segera dituntaskan sehingga teknologi pengolahan sampah bisa digunakan 2018 mendatang. Sebab menurut Aris, jika teknologi tersebut digunakan, itu akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Cimahi.
“Jelas itu bisa menambah PAD Kota Cimahi karena pemerintah kota mendapat 10% keuntungan perusahaan,” bebernya.
Selain opsi mencari lahan untuk penggunaan teknologi sampah, sebetulnya ada opsi lain, yakni TPA Legok Nangka, Kabupaten Bandung. Namun, kata Aris, operasionalnya akan lebih gendut.
Dari segi jarak tempuh, akan lebih jauh dan penggunaan operasional kendaraan otomatis bertambah. Perihal waktu juga akan berpengaruh.
“Kalau memang jadi ke TPS ke Legok Nagka, terakhir penghitungan yang dilakukan kami itu kira-kira bisa sampai Rp 20 miliar,” terangnya. cakrawalamedia.co.id (Rizki)