JAKARTA, (CAMEON) – Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat fisambut hangat warga saat blusukan ke kawasan Petamburan, Jakarta Pusat. Padahal, kawasan ini merupakan markas Front Pembela Islam (FPI) yang notabene menolak pasangan Djarot, calon Gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Tiba pukul 14.00, Djarot hanya dikawal beberapa gelintir orang saja. Tak terlihat barisan polisi berlaras panjang dan bertameng baja. Warga pun menyambut meriah tanpa ada aksi protes atau menolaknya. Situasi kondusif.
Melihat hal ini, Calon Wakil Gubernur Nomor urut dua pun sumringah. Terlebih, kawasan yang ada di gang sempit itu cukup rapi dan tertata baik.
“Jadi ada yang kita bisa petik disini, pak RT nya bagus, meskipun gang-gangnya kecil, tetapi kan bersih,” kata Djarot kepada warga, di lokasi, Kamis (24/11).
Djarot makin terkagum lantaran warga sudah sangat sadar pentingnya mengolah sampah dengan benar. Di kampung itu, sudah ada program untuk pemilahan sampah sejak di rumah-rumah warga.
“Karena gangnya sempit, tidak ada bak sampah besar, mereka siapkan kantong-kantong sampah yang besar. Dan itu ditempel di tembok-tembok. Maksud saya kearifan lokal warga kampung sini, untuk mensiasati keterbatasan lahan,” katanya.
Kepada RT setempat, Djarot mengatakan program di kampung itu bisa dicontoh untuk diterapkan di perkampungan padat di Jakarta. “Saya td bilang sama pak muslim (ketua RT) kalo bagus, bisa di kaji dengan dinas kebersihan, nanti saya sampaikan. Untuk bisa di sosialisasikan ke kampung-kampung yang padat,” ujarnya.
Namun, Djarot juga mendengar masih ada yang belum tersedia yakni sanitasi yang baik. Menurutnya, sanitasi bukan hanya masalah ketersediaan WC atau kamar mandi. Tapi juga maslah drainase serta septic tank. Diapun menjanjikan untuk membangun sanitasi masyarakat (sanipas).
“Pemda, pemprov ada program ini. Salah satu titik program yang bisa dilakukan sanitasi masyarakat. Segera nanti kalau kami sudah aktif kembali bisa kami eksekusi masalah sanitasi, masalah sanitasi masyarakat,” janjinya.
Djarot juga meninjau program bedah rumah. Program yang dilakukan sebelum cuti kampanyenya.
“Tadi warga menunjukkan bedah rumah. Waktu saya masih belum cuti, mereka mengajukkan dari basis untuk bedah rumah disini. Warga yang rumahnya ambruk. Tadi dikerjakan, progresnya sudah selesai. Jadi meninjau itu. Kita melihat disini, dengan cara bedah rumah itu. Saya jadi teringat di blitar, dulu jaman kita ada bedah rumah dan kita bedah disana. Dengan pola gotong royong. Tentunya program seperti ini juga bisa digunakan untuk kawasan padat seperti ini. Dengan merenovasi dan membedah rumah-rumah seperti ini,” ungkapnya.
Soal lokasi blusukan yang sangat dekat dengan markaz FPI, Djarot sedikit berkomentar. Menurutnya, perbedaan pilihan itu bagian dari kebebasan berpendapat. Perbedaan itu jangan sampai memecah belah persaudaraan.
“Nggak apa-apa, wong temen-temen FPI saudara-saudara saya juga kok. Kita juga baik sama beliau-beliau, nggak ada masalah,” tukasnya. cakrawalamedia.co.id (tama)