GAMBIR (CM) – Wacana pemindahan layanan kereta api jarak jauh (KAJJ) dari Stasiun Gambir ke Stasiun Manggarai kembali menjadi sorotan publik. Rencana tersebut memunculkan pro dan kontra karena menyangkut aktivitas jutaan penumpang yang selama ini mengandalkan kereta sebagai moda utama mobilitas antarkota.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Allan Tandiono, menegaskan pihaknya akan melakukan kajian ulang terhadap studi kelayakan rencana tersebut. “Kami menyambut baik masukan yang ada dan akan mengecek kembali studi kelayakan pemindahan KAJJ ke Stasiun Manggarai,” ujarnya, Jumat (22/8/2025).
Rencana ini sebenarnya telah masuk dalam blueprint proyek Double Double Track (DDT) sejak 2022. Proyek itu menargetkan Manggarai sebagai stasiun sentral yang melayani kereta jarak jauh, KRL, sekaligus kereta bandara. Namun, sejumlah pihak termasuk anggota DPR RI menyampaikan kritik terhadap kesiapan dan dampak dari kebijakan tersebut.
Di sisi lain, isu penghapusan Stasiun Karet juga menuai perhatian. Stasiun yang letaknya berdekatan dengan BNI City dan Sudirman sempat disebut akan ditutup. Namun, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub, Arif Anwar, menepis kabar itu. “Bukan ditutup, melainkan diintegrasikan dengan Stasiun BNI City,” tegasnya pada Kamis (31/7/2025).
Isu penutupan Stasiun Karet pertama kali mencuat pada Januari 2025 setelah Menteri BUMN Erick Thohir menyebut kemungkinan tersebut usai meninjau layanan kereta bandara. Kini, Kemenhub bersama Pemprov DKI Jakarta tengah mematangkan rencana integrasi kawasan Stasiun Karet untuk memperkuat ekosistem transportasi.
Di tengah berbagai wacana, KAI terus menambah layanan untuk meningkatkan konektivitas. Sejak 15 Juli 2025, seluruh KA reguler yang melewati Stasiun Ciamis resmi berhenti di stasiun itu, sehingga mempermudah akses ke Jakarta, Bandung, Jogjakarta, hingga Surabaya. Selain itu, reaktivasi Stasiun Pondok Rajeg pada Oktober 2024 juga menambah alternatif bagi masyarakat Depok dan sekitarnya.
Hingga akhir Juli 2025, KAI Commuter mencatat jumlah pengguna KRL Jabodetabek mencapai 31,4 juta orang. Sementara penumpang KAJJ di Jawa tumbuh 9,57 persen secara tahunan pada semester pertama 2025, dengan total 48,15 juta orang. Angka itu menunjukkan transportasi berbasis rel semakin menjadi pilihan utama masyarakat.