News

ITB Rekomendasikan Aplikasi Teknologi Lingkungan Untuk Restorasi Sungai Citarum

161
×

ITB Rekomendasikan Aplikasi Teknologi Lingkungan Untuk Restorasi Sungai Citarum

Sebarkan artikel ini
ITB Rekomendasikan Aplikasi Teknologi Lingkungan Untuk Restorasi Sungai Citarum

BANDUNG (CM) – Masalah limbah di Sungai Citarum masih belum bisa ditangani dengan baik. Untuk itu, diperlukan penerapan teknologi ramah lingkungan bagi sungai Citarum. Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah mengungkapkan, Aplikasi Teknologi Lingkungan Untuk Berbagai Jenis Limbah

”Pakar ITB telah meneliti, membuat dan mengaplikasikan teknologi untuk mengatasi limbah cair dan juga limbah sampah rumah tangga,” kata Kadarsah ditemui di Graha Tirta Siliwangi, Sabtu (20/1/2018).

ITB memiliki dua mesin pengolah bricket yang dapat mengolah sampah rumah tangga dengan kapasitas maksimal masing-masing 25 kilogram dan 100 kilogram setiap hari. Mesin ini merupakan hasil riset mahasiswa dan dosen dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB. Kemudian pengolahan limbah cair domestik menggunakan Bio-Septik tank yang sudah diterapkan di komplek permukiman dago pojok.

Di komplek asrama kampus Jatinangor, ITB juga sudah mengaplikasikan sistem Johkasou dari hasil riset teknik lingkungan. Untuk limbah peternakan dapat diolah menggunakan teknologi bio-digester yang memproses kotoran ternak atau tinja manusia menjadi biogas. Gas bio ini tentunya bermanfaat untuk keperluan memasak sebagai pengganti gas elpiji dalam rumah tangga. Perhatian khusus perlu ditujukan bagi industri yang masih memiliki rapor merah akibat memproduksi limbah yang tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan baku.

”Adanya revitasi IPAL (instalasi pengolahan air limbah) industri melalui konsultasi teknis, modifikasi IPAL, bersama para insinyur dari Teknik sipil, Teknik Lingkungan dan Kimia,” ucapnya.

”Lalu, Pelatihan teknologi produksi bersih bagi industri agar industri tersebut mampu mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) serta melakukan daur ulang (recycle) sampah industrinya,” imbuhnya.

Ilmuwan ITB juga telah berhasil mengembangbiakan bakteri pemakan limbah seperti immobilize alive petrophilic bacteria dan immobilized alive aerobic bacteria. Diungkap olehnya, kondisi sungai Citarum dengan menampilkan peta kondisi geografis sungai Citarum yang diperoleh dari hasil penelitian teknik geodesi dan geomatika.

”Food (pangan), energi, dan water (air) berasal dari air sungai Citarum. Pertanian, perikanan, dan peternakan sudah semestinya dapat hidup berkat aliran air anak sungai Citarum,” jelasnya.

Dia menjelaskam, kemudian dari hulu ke hilir sungai Citarum dapat ditemui waduk Saguling, waduk Cirata dan waduk Jatiluhur yang menghasilkan energi listrik sekitar 1.188 Mega Watt. Sekitar 20,7 juta warga dihidupi oleh aliran anak sungai Citarum. Limbah industri, limbah domestik atau limbah rumah tangga, serta limbah kotoran ternak juga tinja manusia, dan erusi serta sedimentasi merupakan akar masalah pencemaran air sungai citarum.

Tingkat turunnya mutu air sungai Citarum akibat limbah tersebut tidak hanya dapat dilihat dari kuantitas air limbah, melainkan juga kualitas air limbah. Limbah industri meskipun kuantitasnya lebih sedikit dibandingkan limbah rumah tangga, namun kualitas pencemarannya lebih tingg. Sehingga membutuhkan proses yang lebih lama untuk memperbaikinya.

”Sebab, mutu air sungai menentukan apakah air tersebut dapat digunakan untuk keperluan air minum, sarana rekreasi air, peternakan atau budidaya ikan air tawar, dan pertanaman,” pungkasnya. (Nita Nurdiani Putri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *