KOTA TASIKMALAYA (CM) – Ditengah mahalnya harga beras di pasar yang mencapai 14 ribu/kg, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tasikmalaya, Agus Wahyudin, menyebutkan, kemungkinan ada beberapa faktor yang menyebabkan naiknya harga beras.
“Faktor pertama bisa disebabkan mahalnya ongkos produksi, atau rantai distribusi beras yang terlalu panjang, ke dua mahalnya harga pupuk dan benih padi, ketiga ada yang tidak beres dalam dunia pasar beras, empat kemungkinan gagal panen dan alih fungsi lahan menjadi faktor penyebab kelangkaan dan mahalnya harga beras,” ujar Agus, saat dihubungi cakrawalamedia, Senin (29/01/2018).
Selain itu, katanya, sering menemukan margin keuntungan di pedagang lebih tinggi dibanding petani. Hal itu dapat diindikasikan ada permainan harga pasar.
“Dugaan permainan harga, menjadi salah satu faktor ketidaksesuaian harga beras di lapangan dengan HET yang sudah ditentukan oleh pemerintah,” tambahnya.
Untuk itu, sambung Agus, regulasi beras pemerintah/Bulog telah diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017.
“Pemerintah telah mengatur HET beras bagi konsumen di angka Rp.9.500/kg. Sedangkan HET beras untuk produsen itu di angka Rp. 7.000 lebih. Kami akan mendorong Pemkot melalui dinas terkait untuk segera mengambil langkah strategis guna menyikapi hal ini. Salah satunya dengan cara menekan proses produksi beras supaya lebih murah, dan memutus mata rantai distribusi yang terlalu panjang menjadi lebih pendek, serta melakukan operasi pasar dengan baik agar tidak terjadi permainan harga yang tidak sehat,” imbuhnya.
Ia menyarankan, dalam menyikapi harga sekarang ini, bulog harus lebih berperan aktif dalam melakukan operasi pasar. (Edi Mulyana)