JAKARTA (CM) – Adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) di sektor keuangan dan ekonomi digital di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Menurut Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, tren ini menegaskan bahwa AI telah menjadi pilar utama dalam transformasi ekonomi nasional.
“AI kini menjadi tulang punggung transformasi ekonomi. Dengan dukungan strategi pemerintah, kolaborasi lintas industri, dan penguatan keterampilan tenaga kerja, AI dapat menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Namun, di balik potensinya yang besar, pengembangan teknologi AI di tanah air masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kerangka regulasi yang mendukung pemanfaatan AI secara optimal, sekaligus mengantisipasi potensi risiko.
Insaf Albert Tarigan, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan strategi nasional AI yang komprehensif. “Kita butuh panduan atau blueprint yang bisa dijadikan acuan oleh pemerintah dan sektor swasta dalam proses adopsi, pengembangan, dan pemanfaatan AI secara menyeluruh,” katanya.
Ia menambahkan, dengan arah kebijakan yang tepat, pemerintah juga dapat memperluas peluang kolaborasi global dalam bentuk transfer teknologi, peningkatan investasi, serta kerja sama penelitian. “Kemitraan strategis seperti ini akan mempercepat akses terhadap teknologi mutakhir dan memperkuat posisi Indonesia dalam ranah kedaulatan teknologi.”
Untuk memperkuat posisi Indonesia bukan hanya sebagai pengguna (taker) namun juga sebagai pengembang (shaper dan maker) teknologi AI, sektor industri memiliki peran vital. Salah satu contoh nyata datang dari Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), yang telah memanfaatkan AI untuk berbagai kebutuhan, mulai dari peningkatan layanan pelanggan hingga optimasi performa jaringan.
Lebih dari itu, IOH juga terlibat aktif dalam pembangunan ekosistem AI nasional yang inklusif. Hal ini diwujudkan melalui peluncuran inisiatif seperti Sahabat-AI, AI Experience Center, dan Digital Intelligence Operation Center (DIOC), yang tidak hanya menampilkan penerapan teknologi canggih, tetapi juga mendukung pengembangan talenta lokal serta pemerataan akses AI ke berbagai sektor.
Tak hanya Indosat, perusahaan teknologi lain pun ikut mendorong inovasi berbasis AI. GoTo, misalnya, menggunakan AI untuk menyesuaikan layanan dengan preferensi pengguna dan memprediksi kebutuhan pasar. Di sisi lain, Kata.ai fokus pada pengembangan solusi AI untuk interaksi pelanggan melalui sistem chatbot cerdas. Sementara itu, instansi pemerintahan juga mulai mengimplementasikan AI untuk efisiensi layanan publik dan moderasi konten digital, seperti yang dilakukan oleh Komdigi.
Diskusi panel yang membahas hal ini menjadi forum penting untuk memperdalam pemahaman mengenai peran strategis AI dalam pengembangan ekonomi nasional. Forum tersebut juga membuka jalan bagi rekomendasi kebijakan berbasis bukti dan memperkuat kerja sama lintas sektor guna membangun ekosistem AI yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.