PANGANDARAN (CAMEON) Hajat laut yang berlangsung selama tiga hari sejak tanggal 21 hingga tanggal 23 September 2017 ini tampak ada perbedaan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, syukuran nelayan atau hajat laut tahun-tahun sebelumnya selalu ada ritual atau tradisi larung sesaji kepala kerbau yang dibuang ketengah laut sebagai bentuk rasa syukur atas berlimpahnya ikan yang menjadi sumber penghasilan para nelayan. Namun kali ini tradisi ritual yang sudah turun temurun itu diganti dengan tabur bunga kelaut pantai timur.
Hal tersebut membuat sebagian masyarakat menyayangkan dan berharap tradisi yang sudah turun temurun jangan sampai di tiadakan atau dihilangkan.
Hajat laut yang di gelar oleh para nelayan Kabupaten Pangandaran ini di adakan setiap setahun sekali tepatnya saat memasuki bulan syuro. prosesi hajat laut ini merupakan tanda bersyukur kepada tuhan yang maha esa atas karunia serta limpahan rejeki yang di berikan oleh tuhan melalui laut.
Dari pantauan CAMEON, saat prosesi tabur bunga kelaut oleh Bupati Pangandaran H. Jeje Wiradinata dan Wakil Bupati Pangandaran H. Adang Hadari beserta pejabat lainnya ribuan warga pun memadati kawasan Pantai Timur untuk menyaksikan Bupati menaburkan bunga.
Sementara itu, Bupati Pangandaran H Jeje Wiradinata mengatakan pihaknya sangat menyambut baik prosesi hajat laut yang di gelar oleh warga pangandaran, Dan tradisi turun temurun tersebut mesti di jaga serta di lestarikan jangan sampai hilang,” Hajat laut merupakan tanda bersyukur para nelayan kepada yang kuasa atas limpahan rejeki dari laut,” ujarnya Kamis (21/9/2017).
“ Namun hajat laut tahun sekarang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu ada larung sesaji atau membuang kepala kerbau ketengah laut, prosesi itu kini kita ganti dengan tabur bunga sebagai bentuk mendoakan para nelayan yang gugur di tengah laut saat berjuang mencari nafkah untuk keluarganya,” pungkasnya. (Andriansyah)





