BANDUNG BARAT (CM) – Kita tidak bisa melawan teknologi modern. Undang-undang perpustakaan menjadi salah satu kewajiban pemerintah untuk melayani masyarakatnya. Salah satu fungsi dari Balai bahasa juga merupakan penopang untuk keberadaan literasi.
Workshop Penulisan Puisi Modern dan Pergelaran Sastra, menjadi judul yang disajikan pada agenda workshop yang berlangsung di Aula SMA Al- Bidayah Batujajar Kabupaten Bandung Barat, Kamis, (27/09/18).
Kepala Sekolah SMA Al- Bidayah mengatakan bahwa workshop ini adalah bagian dari kegiatan tahunan yang dilaksanakan mulai dari tahun delapan puluhan sampai sekarang. “Kami mendatangkan penyair-penyair dari Indonesia dan mancanegara. Tujuannya untuk apresiasi dan ekspresi sastra dan untuk menambah kompetensi guru, khususnya bagi guru bahasa dan sastra Indonesia,” ungkap Didin Hasanuddin Said, Kepala Sekolah SMA Al- Bidayah.
Workshop ini dihadiri Berthold Damshauser (Sastrawan Jerman), Agus R Sarjono (Sastrawan Nasional), Ma’mur Saadie (Pakar Puisi), Dedi Warsana (Aktor Teater Nasional), lalu hadir pula Dadang Rusdiana (Anggota komisi X DPR RI dari partai Nasdem).
Political Will saat ini, menurutnya, harus ada alokasi untuk mengembangkan perpustakaan desa. Penting sekali ada apresiasi dari jajaran pemerintah daerah dan stakeholder untuk mengembangkan program literasi.
Dikatakannya, berbicara literasi agaknya harapan masyarakat adalah segala aspek yang berhubungan dengan pendidikan, pemerintah harus melakukan upgrate data agar kondisi sekolah dapat terpantau.
Pembangunan sarana pendidikan harus betul-betul merata. Jika program literasi betul-betul dijalankan, maka warga negara akan peduli terhadap buku.
Sepuluh tahun yang lalu, di tempat ini pula sastrawan Jerman Berthold Damshauser datang ke Batujajar. Dan hari ini dirinya datang kembali dengan menularkan pesan-pesan positif terhadap kemajuan literasi di tanah air.
Berthold Damshauser nampaknya sudah sangat pandai berbicara bahasa Indonesia. Pada peserta yang menghadiri acara tersebut, dirinya dengan lancar berkomunikasi dan berbincang-bincang menggunakan bahasa Indonesia.
“Kami ke sini sepuluh tahun yang lalu dengan acara yang kira-kira sama. Waktu itu, kami membawakan buku yang diberikan Pak kiai, dulu terbit dengan judul “Satu dan Segalanya,” ungkap Damshauser.
Ia mengungkapkan bahwa dirinya datang dibantu oleh Kedutaan Besar Jerman. Tidak membawa tangan kosong, dirinya turut membawa buku berjudul “Johann Wolfgang Von Goethe” Orient und okzident sind nicht mehr zu trennen.
Jika berbicara tentang Jerman, nampaknya pola pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan.
Agus R Sarjono selaku sastrawan nasional, yang beberapa kali mengunjungi Jerman mengatakan bahwa pendidikan di Jerman dari SD hingga Perguruan Tinggi adalah gratis.
Ia menilai Literasi harus dibiasakan di dalam kehidupan keseharian seluruh manusia di bumi ini. “Kata “Iqra” dalam Al Quran adalah surat pertama yang diturunkan tentang membaca, tentang pentingnya membaca. Saat ini peradaban Islam di angka nomor 4. Padahal zaman dulu ketika peradaban Islam besar, orang Eropa belajar kepada orang Muslim. Peradaban Islam besar karena orang-orang Muslim dulu rajin membaca,” paparnya.
Agus R Sarjono pernah bertanya pada orang Jerman, kalau seandainya di Jerman perpustakaannya dihanguskan apa pengaruh nya? Mereka menjawab: Ya mungkin setahun dua tahun pengaruhnya tidak akan terasa. Tapi lihat lima belas tahun ke depan, sambil senyum dan ngeledek mereka berkata Jerman akan sama seperti Indonesia, terbelakang, dan ada di dunia ke tiga.
Agus R Sarjono dan Berthold Damshauser adalah editor buku karya-karya Goethe. Dengan menerjemahkan puisi-puisi karya Goethe, diharapkan orang yang membaca akan paham dan bisa lebih menghayati romantisme karya Goethe. Goethe adalah seorang sastrawan dunia, banyak sajak dan puisi yang dipengaruhi oleh Islam dan dia menulis bagus sekali tentang itu.
Berbicara tentang puisi, puisi tanpa musik rasanya “kurang menggigit”. Musikalisasi puisi Azalia Voice memadu padankan puisi dengan unsur musik, keunikan itu yang membuat keempat anggotanya mahir mengaransemen lagu. Nada dan Zaenal adalah dua di antara empat anggota Azalia Voice yang saat ini menjadi pelopor dunia perpuisian dipadu padankan dengan genre Jazz, Akustik, maupun Nasyid.
Manusia dilahirkan berbeda, tak ada yang sama. Perbedaan yang ada, rasanya akan lebih indah jika bersinergi dengan karya seni. Seperti warna-warni merah, kuning, hijau dapat mewarnai kehidupan manusia di bumi ini. Literasi, puisi, dan seni adalah sarana untuk berekspresi. (Intan)