BANDUNG, (CAMEON) – Oktavia, 6, anak dari pasangan Kusyana ,32, dan Tati Nurhayati, 40, yang terlahir tanpa tempurung kepala terbilang memiliki daya tahan tubuh yang cukup kuat. Sebab, hingga berusia enam tahun anak tersebut dapat bertahan hidup.
Bocah asal Kabupaten Ciamis tersebut akan dilakukan tindakan pada awal tahun. Menurut salah satu dokter yang menanganinya, Mirna Sobana Andriansyah SpBS, M.Kes, hingga dua bulan ke depan masih anak dilakukan observasi.
”Selama ini anak tersebut masih akan melakukan rawat jalan,” ungkap Mirna kepada wartawan saat ditemui di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, kemarin (3/11).
Dalam kesempatan tersebut, dirinya mengapresiasi daya tahan tubuh pasien yang cukup kuat. Berdasarkan penuturan orangtuanya, pasien jarang terkena kejang sekaligus panas. Padahal berdasarkan kelainan yang dialami anak tersebut berpotensi sekali terkena demam.
Khusus untuk berat badan, lanjut dia, pasien tidak terbilang kurus. Bahkan cukup gemuk. Untuk makan, selama ini pasien memakan makanan yang dihaluskan. ”Ini memang cukup aneh, tapi untuk tim dokter sendiri masih membutuhkan waktu untuk observasi,” katanya.
Terkait kelainan lainnya, dia menjelaskan, anak tersebut mengalami kelainan pada, wajah, tulang tengkorak, rahang atas, saluran atas, dan bagian jari-jari tangan. Selain itu, mata dari pasien selama enam tahun tidak pernah tertutup. Berdasarkan, observasi awal, dia memprediksi pasien akan mengalami kebutaan. Untuk itu, pihaknya akan merekomendasikan pasien melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Cicendo.
Untuk tim yang akan menangani anak tersebut, diprediksi akan melibatkan 10 orang dokter dari berbeda divisi. Ketika ditanya apakah ada kelainan dari genetik, dia menampiknya. Sebab, tiga anak lainnya yang terlahir dari pasangan tersebut dibilang normal.
Untuk kemungkinan genetik, pihaknya tidak akan melakukan observasi. ”Kemungkinan lainnya, pada saat kemahilan terdapat virus atau obat yang mengakibatkan kegagalan dalam embrio genesis,” jelasnya.
Lebih jauh, gangguan pada kehamilan akan terjadi pada trimester pertama. Yakni pada usia kandungan pada usia 24 hari. Ke depan, pihaknya bersama divisi lainnya akan melakukan evaluasi terkait tindakan apa saja yang akan dilakukan.
”Saat ini, kami baru melakukan pemeriksanaan terkait fungsi pengelihatan, pendengaran, pernafasan dan lainnya. Apakah semua berfungsi dengan baik atau tidak,” tukasnya. (Putri)
							




