News

Disdik KBB Latih 450 Guru SD soal Sekolah Ramah Anak

107
×

Disdik KBB Latih 450 Guru SD soal Sekolah Ramah Anak

Sebarkan artikel ini

BANDUNG BARAT (CM) – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat (KBB) berkomitmen mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman dan berkualitas melalui kegiatan Sosialisasi Sekolah Ramah Anak (SRA).

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Takashimaya Lembang tersebut digelar selama tiga hari dan diikuti sebanyak 450 guru Sekolah Dasar dari 16 kecamatan di Bandung Barat.

Sosialisasi ini bertujuan memperkuat pemahaman guru mengenai pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif, serta berfokus pada perlindungan anak.

Plt Kepala Disdik KBB, Asep Dendih, menegaskan bahwa keberadaan sekolah ramah anak bukan sekadar program administratif, tetapi kebutuhan mendasar yang harus diwujudkan seluruh warga sekolah.

“Setiap anak berhak mendapatkan pembelajaran yang aman, nyaman, menyenangkan, dan bebas dari kekerasan. Melalui sosialisasi ini, kami ingin memastikan seluruh guru menjadi garda terdepan dalam menciptakan suasana belajar yang positif dan inklusif,” ujarnya di Lembang, Kamis (4/12/202).

Selama kegiatan, para peserta menerima materi mengenai prinsip Sekolah Ramah Anak, teknik pembelajaran yang menghargai keberagaman, strategi pelibatan orang tua, serta mekanisme pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah.

Sosialisasi itu juga menekankan pentingnya perubahan paradigma mengajar, di mana guru tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang menciptakan pengalaman belajar menyenangkan dan memberikan rasa aman bagi siswa.

Disdik KBB mewajibkan seluruh peserta untuk melakukan diseminasi hasil sosialisasi di sekolah masing-masing agar pemahaman yang diperoleh dapat diterapkan secara luas. Selain itu, setiap sekolah diminta memastikan keberadaan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang aktif, terstruktur, dan memiliki program kerja jelas.

TPPK menjadi elemen penting dalam memastikan sekolah mampu merespons berbagai kasus yang melibatkan peserta didik, baik secara preventif maupun kuratif.

Selain itu, sekolah juga diarahkan menyusun program layanan ramah anak yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, ekstrakurikuler, hingga pengelolaan lingkungan sekolah sebagai standar minimum layanan pendidikan.

Melalui kegiatan ini, Asep menegaskan misinya menciptakan ekosistem pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga kuat dalam karakter dan perlindungan anak. Implementasi Sekolah Ramah Anak diharapkan menjadi budaya yang mengakar, bukan sekadar slogan.

“Alhamdulillah sosialisasi ini mendapat respons positif dari para peserta. Banyak guru mengaku memperoleh wawasan baru dan siap menerapkannya di sekolah sebagai bentuk komitmen untuk menghadirkan pendidikan yang lebih aman dan berkualitas di Bandung Barat,” pungkasnya. (Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *