BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Dalam perjalanan sejarah manusia, banyak hal yang tadinya dianggap biasa dan sederhana namun justru berdampak pada peradaban. Inilah contoh yang nyata di depan mata.
Siapa sangka tumbuhan eceng gondok, yang mengganggu perairan Waduk Saguling bisa bernilai ekonomi tinggi. Di tangan Indra Darmawan (43), eceng gondok dijadikan media untuk mengurai angka kemiskinan di sekitar daerahnya.
Tepatnya di Kampung Babakan Cianjur RT 08 RW 04 Desa Cihampelas Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat (KBB). Indra menyulap potensi eceng gondok menjadi bernilai tinggi. Ia mengedukasi lalu memberdayakan perekonomian masyarakat.
Saat ditemui CAMEON, Indra bercerita, semua itu bermula dari rumus matematika yang ia pahami, eceng gondok dia sulap menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi.
“Dalam matematika ada rumus himpunan irisan, kemudian saya kotak katik antara kemiskinan dan lingkungan. Di irisan himpunan itulah eceng gondok yang menjadi gabungan keduanya,” terangnya, saat ditemui di “Galeri” produk eceng gondok miliknya, belum lama ini.
Berpikir tentang rumus itu, ia berkesimpulan harus mencari solusi. Dipilihlah ide, pengentasan kemiskinan dengan media eceng gondok.
Sejujurnya, apa yang dilakukannya dengan ide itu bukanlah perkara mudah jika dilihat dengan basic keilmuan formalnya. Karena sama sekali background akademik Indra bukan dari jurusan seni.
Indra lulusan Universitas Padjajaran (UNPAD) Fakultas Matematika IPA (MIPA). Tapi, dia bertekad kuat dengan modal keberanian. Ia belajar menganyam dengan menggunakan eceng gondok yang telah dikeringkan.
Ketemu anyaman itu, malah ia kembangkan agar ibu-ibu di sekitarnya belajar membuat anyaman. Bahkan, ia membayar mereka dari koceknya sendiri.
Sehari ia bayar ibu-ibu dengan harga Rp 20 ribu. Hasil anyaman itu kemudian dirangkai menjadi tempat penyimpanan tisu.
Belum cukup puas dengan produk pertamanya, ia mempelajari produk lainnya. Kali ini, membuat tas untuk wanita.
Cukup berhasil, justru tas-tas cantik itu lahir dari tangannya. Berbagai kreasi tas cantik, ia pajang di media social (Medsos). Pesanan demi pesanan pun ia dapatkan. Mulai tas kreasinya sendiri hingga sesuai pesanan konsumen.
Biasanya si pemesan, mengirimkan desain yang diinginkan. Kemudian dia rancang dengan media eceng gondok. Hasilnya, produk tas buatan Indra, tidak kalah menariknya dengan tas yang diproduk secara modern, bahkan bernilai seni tinggi.
Sesuai dengan perkembangan, ide pun bermunculan untuk memproduk barang lainnya. Kurang lebih ada 30 produk, yang ia pisahkan dalam dua versi. Pertama versi bernilai seni dan kedua bernilai fungsi.
Untuk tas wanita, lebih ditekankan pada nilai seni dengan variasi-variasi cantik dan inovatif. Peminat produk bernilai tinggi, menurutnya hanya untuk kalangan tertentu. Selain tas wanita, hiasan-hiasan dinding atau hiasan lainnya.
Sedangkan tas pria, lebih berfungsi untuk aktivitas sehari-hari. Tas pria ini elegan dan gagah dipakai. Sungguh, pecinta barang istimewa akan angkat jempol dengan tampilannya.
“Itu yang dipakai Pak Gubernur waktu peninjauan ke aliran Sungai Citarum di jembatan BBS, produk saya,” ujarnya bangga.
Belakangan produk yang banyak diminati adalah sepatu dan sandal. Produk tersebut banyak permintaan. Produk barunya, yang lumayan bernilai jual tinggi adalah meja, kursi dan ubin.
Harga meja dan kursi yang ia tawarkan masing-masing antara Rp 3,5 juta-Rp 5 juta. Sedangkan harga tas mulai Rp 250 ribu-Rp 300 ribu.
“Selama ini saya memproduksi sesuai pesanan. Penjualannya pun masih bersifat online,” tandasnya. cakrawalamedia.co.id (Ginan)