News

Dari Kota ke Bank Indonesia, Road to Pasar Wisata Nusantara Bersama ABK

134
×

Dari Kota ke Bank Indonesia, Road to Pasar Wisata Nusantara Bersama ABK

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIK (CM) – Kesetaraan bagi penyandang disabilitas bukan sekadar slogan, melainkan wujud nyata komitmen kolektif dalam menciptakan ruang yang adil dan ramah bagi semua individu. Di Kota Tasikmalaya, semangat inklusi ini terejawantah dalam kegiatan bertajuk “Road to Pasar Wisata Nusantara: ABK Wisata Edukasi di Bank Indonesia.”

Program ini merupakan hasil sinergi antara Katara Tour, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Tasikmalaya, komunitas wisata Ngulisik, serta Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya. Sebagai bagian dari rangkaian menuju Pasar Wisata Nusantara yang akan digelar di Asia Plaza pada September 2025, kegiatan ini membuka jalan bagi penyandang disabilitas untuk lebih terlibat dalam ranah wisata dan ekonomi lokal.

Acara diawali dengan tur keliling kota menggunakan bus wisata Ngulisik, salah satu ikon transportasi wisata di Tasikmalaya. Para peserta diajak mengeksplorasi destinasi potensial sambil merasakan suasana kota dari perspektif wisatawan.

Setelah tur, peserta melanjutkan perjalanan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Jalan Sutisna Senjaya untuk mengikuti sesi edukasi keuangan inklusif.

Di ruang perpustakaan BI, mereka menerima pembelajaran mengenai gerakan nasional Cinta, Paham, Bangga Rupiah. Dalam sesi ini, peserta tidak hanya mengenali rupiah sebagai alat transaksi, namun juga memahami nilai historis dan simbolisnya sebagai lambang kedaulatan serta pemersatu bangsa.

Pihak Bank Indonesia menegaskan bahwa cinta terhadap rupiah merupakan bagian dari komitmen menjaga kedaulatan ekonomi nasional. Maka dari itu, edukasi ini perlu menjangkau semua kalangan, termasuk difabel, yang juga memiliki hak setara dalam mengakses informasi dan pemahaman tentang mata uang negara.

Menurut Ervan Kurniawan, pelaku wisata sekaligus penggagas program ini, inisiatif ini adalah langkah konkret untuk mendorong keterlibatan aktif penyandang disabilitas dalam sektor pariwisata.

“Ini bukan soal rasa kasihan. Ini tentang membuka ruang dan menciptakan keadilan akses. Kami ingin mendorong terciptanya ekosistem wisata yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Ervan pada Rabu 26 Juni 2025.

Ia juga berharap gerakan serupa dapat diadakan secara konsisten dan mengajak semua pemangku kepentingan—baik pemerintah, pelaku usaha, hingga komunitas—untuk ikut serta membentuk Tasikmalaya sebagai kota yang inklusif dan toleran terhadap semua lapisan masyarakat.

Salah satu momen menyentuh terjadi saat orang tua dari Aisyah Nurmaulida (17), remaja dengan Down Syndrome asal Setiamulya, Kecamatan Tamansari, mengungkapkan rasa haru dan syukurnya. Ia mengatakan bahwa Aisyah kerap menerima perlakuan tidak adil di lingkungan sosial, namun acara ini memberikan harapan dan kepercayaan diri baru.

“Hari ini saya bangga. Anak saya bisa duduk di ruang Bank Indonesia, mengikuti pelatihan keuangan. Ini pengalaman luar biasa. Sebagai orang tua, saya juga termotivasi,” ucapnya.

Ia pun berharap kegiatan serupa dapat menjadi agenda rutin yang terus membuka ruang edukatif dan partisipatif bagi difabel di masyarakat.

Pariwisata inklusif bukan hanya tentang menyediakan fasilitas fisik, tapi juga membentuk pola pikir baru—bahwa semua warga, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, berhak untuk belajar, menjelajah, dan menikmati ruang publik. Kolaborasi lintas sektor seperti ini menjadi contoh ideal dalam mendorong pembangunan pariwisata yang adil, ramah, dan berkelanjutan.

Kegiatan ini sekaligus memperkuat identitas Kota Tasikmalaya sebagai daerah yang terus tumbuh dan berkomitmen terhadap pembangunan inklusif, sejalan dengan visi Sustainable Development Goals (SDGs).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *