News

Dampak Fenomena Ekuinoks di Indonesia

126
×

Dampak Fenomena Ekuinoks di Indonesia

Sebarkan artikel ini
Dampak Fenomena Ekuinoks di Indonesia

BANDUNG (CAMEON) – Di kalangan anstronomi, fenomena ekuinoks hampir setiap tahun terjadi. Bahkan, Indonesia pun mengalaminya. Namun, bagi beberapa kalangan hal tersebut masih belum mengetahuinya.

Fenomena tersebut terjadi pada selang waktu Maret hingga September. Bagi Indonesia, fenomena tersebut sudah terlewatkan, kemarin (23/9/2017). Ekuinoks merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa yang terjadi dua kali dalam setahun.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Toni Agus Wijaya, fenomena tersebut berlangsung dalam durasi siang dan malam di seluruh bagian bumi relatif hampir sama. ”Setiap tahun fenomena ekuinoks ini terjadi kisaran tanggal 20-21 Maret dan 22-23 September,” ucap Toni kepada wartawan, Minggu (24/9/2017).

Salah satu dampaknya, lanjut dia peningkatan suhu udara.Hal ini ditandai dengan hasil monitoring suhu udara maksimum berkisar antara 34,0-37,5 derajat celcius. ”Angka tersebut masih dalam kisaran normal suhu maksimum yang pernah terjadi berdasarkan klimatologi 30 tahun antara 34,0-37,5 derajat Celcius,” tegasnya.

Berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara di Stasiun Geofisika Bandung tercatat pada bulan September 2017 ini tercatat paling tinggi 33,4 derajat Celcius. Fenomena cuaca panas dan terik merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.

”Seiring dengan adanya penambahan tingkat kelembapan pada lapisan atmosfer yang berkontribusi pada pembentukan awan-awan hujan,” jelasnya.

Diungkap olehnya, dengan wilayah yang relatif panas terjadi di area yang kurang vegetasinya yang cenderung berada di pusat kota. ”Hal yang paling penting dalam ketika fenomena tersebut terjadi, masyarakat harus menjaga daya tahan tubuh dengan banyak mengkonsumsi buah buahan,” pungkasnya. (Nita Nurdiani Putri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *