TASIKMALAYA (CM) – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tasikmalaya masih tinggi. Tercatat, dalam kurun waktu dua bulan saja, 32 kasus DBD terjadi di Kabupaten Tasikmalaya.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi.
Menurutnya, dari 32 orang yang mengidap penyakit itu, dua di antaranya meninggal dunia. “Kedua orang itu dari Kecamatan Manonjaya. Mereka meninggal karena ada penyakit penyertanya. Yakni diabetes melitus (penyakit gula) dan penyakit jantung. Dua penyakit itu sangat memperparah keadaan seseorang saat mengidap DBD,” kata Atang saat ditemui di kantornya, Rabu (20/02/2019).
Ia menambahkan, ada beberapa wilayah endemik penyakit DBD di Kabupaten Tasikmalaya. Seperti di sekitar Kecamatan Singaparna, Manonjaya, serta Ciawi.
Atang menyebutkan, selain karena musim penghujan, tingginya kasus DBD itu akibat masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Terutama pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Maka dari itu, ia mengaku pihaknya sudah mulai gencar melakukan sosialisasi terhadap pentingnya PHBS kepada seluruh masyarakat melalui puskesmas yang ada di Kabupaten Tasikmalaya.
“Sudah saya ingatkan bahkan sebelum musim penghujan. Yang terpenting bukan soal dilakukan fogging, karena fogging hanya akan membunuh nyamuk-nyamuk dewasa saja, sedangkan jentik-jentik nyamuk hanya bisa terbunuh apabila masyarakat menerapkan pola hidup sehat. Misalnya 3M, yakni menutup, menguras, serta mengubur,” bebernya.
Saat ditanya soal perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya, Atang mengatakan paling banyak ada di tahun 2017 lalu. Jumlahnya mencapai 224 kasus, sedangkan pada tahun 2018, jumlahnya hanya 88 kasus. Namun, kendati begitu, kasus DBD yang sampai menelan korban jiwa baru terjadi pada tahun 2018 ini. (wd)