KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Darjana memperkirakan, angka inflasi pada tahun 2021 akan lebih tinggi, didorong kenaikan konsumsi masyarakat seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi.
“Untuk komoditas administered prices, pemerintah telah menetapkan kenaikan tarif iuran BPJS Kesehatan, bea materai, dan cukai rokok sebesar 12,5%. Risiko kenaikan harga juga diperkirakan berasal dari minyak kelapa sawit sebagai implikasi dari kenaikan permintaan sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi global,” jelas Darjana Rabu (6/1/2021).
Memasuki awal Januari 2021, kenaikan harga terpantau terjadi pada emas perhiasan, kedelai, dan cabai rawit. Sementara secara historis, tekanan inflasi pada bulan Januari umumnya berasal dari beras, tomat, cabai rawit, cabai merah, serta daging dan telur ayam ras.
Darjana menyebutkan, kondisi inflasi di bulan Desember 2020, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 0,26% (mtm), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,27% (mtm) dan merupakan yang terendah di Jawa Barat.
“Dengan perkembangan tersebut, inflasi keseluruhan tahun 2020 adalah 1,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,72% (yoy) maupun rata-rata 3 tahun terakhir sebesar 2,63% (yoy),” ujarnya.
“Ini dampak dari penurunan konsumsi masyarakat secara umum akibat covid-19.
Sama dengan kondisi nasional, pada bulan Desember 2020 tekanan inflasi di Kota Tasikmalaya terutama berasal dari kelompok bahan makanan yang didorong kenaikan permintaan pada akhir tahun sementara pasokan terbatas akibat curah hujan tinggi,” paparnya.
Ia juga menyebutkan, telur ayam ras masih menjadi penyumbang utama inflasi sesuai dengan pola historisnya yang dalam 5 tahun terakhir mengalami kenaikan harga pada akhir tahun karena peningkatan permintaan untuk bansos dan konsumsi rumah tangga, sementara produktivitas ternak menurun saat musim hujan.
“Sedangkan harga telur ayam ras pada akhir Desember tercatat pada kisaran Rp 25.000/kg, atau mengalami inflasi 10,77% (mtm). Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada cabai rawit, tomat, daging ayam ras, dan wortel. Di sisi lain, terjadi penurunan harga pada daun bawang dan bawang merah didukung pasokan dari Jawa Timur yang mulai stabil,” paparnya.
Darjana menyebutkan, di luar bahan makanan, penurunan harga terutama terjadi pada emas perhiasan.
Adapun secara tahunan, penyumbang kenaikan harga tertinggi sepanjang tahun 2020 adalah emas perhiasan yang mengalami inflasi 28,87% (yoy) seiring dengan tren kenaikan harga emas dunia akibat ketidakpastian pasar keuangan global yang terutama melonjak pada bulan Agustus.
“Penyumbang utama inflasi selanjutnya adalah rokok kretek filter sebagai dampak dari penetapan kenaikan tarif cukai rokok sebesar 23% atau kenaikan harga eceran sebesar 35% pada awal 2020 lalu. Sementara itu harga beras, jeruk, buncis, bawang merah, dan bawang putih terpantau menurun dibandingkan tahun sebelumnya,” pungkasnya. (Edi Mulyana)