News

BI Tasik Rilis Inflasi Terendah dalam 10 Tahun Terakhir

213
×

BI Tasik Rilis Inflasi Terendah dalam 10 Tahun Terakhir

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia) Tasikmalaya merilis dalam 10 tahun terakhir hingga bulan Desember 2019 Inflasi terendah se-Jawa Barat dan Banten. Kepala kantor, Heru Saptaji, mengatakan, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 0,33% (mtm). Di tingkat provinsi, inflasi Jawa Barat tercatat 0.35% (mtm), dan inflasi Nasional tercatat 0,34% imtm).

“Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi Kota Tasikmalaya secara keseluruhan tahun 2019 (yoy tercatat 1,72% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,30% yoy) dan terendah dalam 10 tahun terakhir,” terang Heru kepada media, Jumat (03/01/2019).

Ia menyebutkan, pencapaian tersebut terendah di Jawa-Bali. Inflasi bulan Desember di Kota Tasikmalaya terutama berasal dari kelompok bahan makanan sehubungan dengan kenaikan pola konsumsi rumah tangga pada akhir tahun. Sama dengan kondisi nasional.

“Komoditas penyumbang utama inflasi adalah telur ayam ras, dengan permintaan yang meningkat. Sementara pasokan relatif menurun, karena penurunan produktivitas ayam petelur pada musim hujan. Selain itu harga beras dan bawang merah juga meningkat sehubungan dengan musim tanam,” terangnya.

Sedangkan di luar kelompok bahan makanan, kenaikan harga terutama teradi pada angkutan antar kota karena meningkatnya permintaan pada periode libur natal dan tahun baru. “Di sisi lain, tekanan kenaikan harga masih tertahan oleh normalisasi harga aneka cabai terutama cabai merah dan cabai hijau) yang didukung oleh tercukupinya pasokan di pasar, serta harga pir dan alpukat yang menurun. Komoditas daging ayam ras juga mengalami penurunan harga yang didukung oleh tercukupinya pasokan di daerah maupun secara nasional,” ujarnya.

Secara tahunan, lanjut Heru, dibandingkan dengan akhir tahun 2018, kenaikan harga yang signifikan terjadi pada tahun 2019 terutama terjadi pada emas perhiasan. Hal itu seiring dengan trend kenaikan harga emas dunia.

“Dari kelompok bahan makanan, kenaikan harga terjadi pada bawang merah, jeruk, dan ketimun. Sementara penahan inflasi terutama berasal dari harga bensin dan tarif listrik yang relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu harga daging dan telur ayam ras serta aneka sayuran (wortel, kol kubis, dan kangkung) juga terjaga lebih rendah,” jelas Heru.

Ia mengatakan, mencermati perkembangan inflasi terkini dan beberapa indikator harga, diperkirakan pada bulan Januar 2020 akan terjadi inflasi. Sesuai pola historisnya, tekanan inflasi akan meningkat pada awal tahun karena penyesuaian harga berbagai komoditas can tarif.

“Pada kelompok bahan makanan, risiko tekanan inflasi yang cukup tinggi berasal dari

beras yang masih dalam masa tanam. Selain itu, dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kenaikan cukai rokok sebesar 23% berisiko mendorong kenaikan harga aneka rokok,” ujar Heru.

Sedangkan, tekanan harga diperkirakan masih dapat tertahan oleh terjaganya harga bahan pangan utama lainnya sepert daging dan telur ayam ras, serta cabai dan hortikultura lainnya. Harga BBM dan tarit listrik yang masih stabil juga dapat menjadi penahan inflasi. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *