KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya, Heru Saptaji, merilis pertumbuhan inflasi sejak bulan November 2019. Indeks harga Konsumen (IHK) Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 0,07% (mtm). “Sedangkan di tingkat Provinsi, inflasi Jawa Barat tercatat 0,22% (mtm), dan inflasi Nasional tercatat 0,14% (mtm),” ujar Heru kepada media, Rabu (04/12/2019).
Ia menyebut, dengan perkembangan itu, inflasi tahun berjalan Kota Tasikmalaya November 2019 adalah 1,38% (ytd). Adapun secara tahunan, Kota Tasikmalaya mengalami inflasi 1,64% (yoy), terendah di Jawa-Bali dan terendah dalam 10 tahun terakhir.
“Sedangkan inflasi di Kota Tasikmalaya pada bulan November 2019 terutama berasal dari kenaikan harga bawang merah. Sama dengan kondisi nasional, kenaikan harga bawang merah disebabkan menurunnya pasokan karena sisa pasokan dari panen triwulan III sudah menipis dan memasuki musim hujan sehingga meningkatkan risiko gagal tanam,” jelas Heru.
Ia menambahkan, harga daging ayam ras juga meningkat akibat terbatasnya pasokan setelah program pemusnahan (culling program) DOC dari Ditjen PKH pada September lalu sementara permintaan meningkat menjelang akhir tahun. Terakhir, harga beras mulai merangkak naik karena stock berkurang akibat periode musim tanam. “Di sisi lain, tekanan kenaikan harga tertahan oleh normalisasi harga aneka cabai, yaitu cabai merah, cabai rawit, dan cabai hijau, karena mulai tercukupinya pasokan di pasar,” ujarnya.
Selain itu harga jengkol dan petai juga masih menurun karena permintaan yang rendah. Di luar kelompok bahan makanan, harga emas perhiasan juga sudah mengalami penurunan seiring dengan tren harga emas dunia yang menurun. “Mencermati perkembangan terkini, diperkirakan pada bulan Desember 2019 akan terjadi inflasi. Secara historis inflasi didorong oleh kenaikan konsumsi rumah tangga pada akhir tahun dan kenaikan konsumsi pemerintah untuk penyelesaian proyek pembangunan,” papar ia.
Secara spesifik, risiko tekanan inflasi berasal dari bahan makanan, yaitu beras,telur dan daging ayam ras, karena peningkatan permintaan pada akhir tahun. “Adapun inflasi keseluruhan tahun 2019 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Tekanan inflasi pada Kelompok bahan makanan diperkirakan tidak terlalu tinggi didukung hasil produksi hortikultura nasional, termasuk bawang merah, sepanjang tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan tahun 2018. Dari kelompok administered price, harga bensin dan tarif listrik pun relatif stabil sepanjang tahun 2019,” kata Heru.
Menurutnya, kondisi perekonomian yang terjaga juga mendukung tingkat harga yang stabil dan terkendali, serta diiringi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi (antara lain dicerminkan dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia periode November 2019 yang menunjukkan Indeks Ekspketasi Konsumen sebesar 121,78, atau optimis di atas 100),” pungkasnya. (Edi Mulyana)