News

BI Beberkan Keaslian Mata Uang Rupiah dengan Metode 3D

231
×

BI Beberkan Keaslian Mata Uang Rupiah dengan Metode 3D

Sebarkan artikel ini
BI Beberkan Keaslian Mata Uang Rupiah Dengan Metode 3D
Momon Permana, Staf kasir unit Pengelolaan Uang Rupiah Bank Indonesia Tasikmalaya/Edi M

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Bank Indonesia Cabang Tasikmalaya bekerjasama dengan Universitas Negeri Siliwangi, menggelar sosialisasi kebanksentralan, gerakan nontunai, beasiswa Bank Indonesia dan ciri-ciri keaslian mata uang rupiah.

Kegiatan tersebut dikaitkan dengan launching Yearbook GenBI Goes To Campus yang dihadiri 254 siswa/siswi dari berbagai jurusan, di Gedung Mandala Unsil, Jumat (09/02/2018).

Staf kasir unit Pengelolaan Uang Rupiah Bank Indonesia Tasikmalaya, Momon Permana, mengatakan, metode ciri-ciri keaslian uang rupiah dapat dilihat dengan panca indra atau yang disebut 3D yaitu,  Dilihat, Diraba, dan Diterawang.

“Jika asli, ketika dilihat warnanya menunjukan jelas dan terang, kemudian ciri yang lainnya, misalkan di pecahan Rp. 5.000 sampai Rp. 100.000 ribu akan terdapat ciri benang pengaman seperti di anyam, warnanya akan berubah apabila dilihat dari sudut pandang tertentu,” papar Momon.

Ia menambahkan, di dalam logo uang Rp. 20.000 ribu, perubahan warna dari hijau menjadi ungu, untuk logo uang pecahan Rp. 100.000 ribu, perubahan warna dari warna merah keemasan menjadi hijau, sedangkan untuk uang pecahan Rp. 50.000 ribu, perubahan warna dari merah keemasan menjadi hijau.

Adapun untuk pergeseran warna (colour shifting) gambar prisai yang didalamnya berisi logo Bank Indonesia, akan berubah warna apabila dilihat dari sudut berbeda.

“Apabila dilihat, disudut terdapat gambar tersembunyi multiwarna,  kombinasi warna merah, kuning, dan biru pada angka Rp. 50 ribu. Terdapat kombinasi warna merah, kuning, dan hijau pada angka 20 ribu. Pada angka 100 ribu terdapat kombinasi warna merah, kuning dan hijau. Sedangkan untuk angka Rp. 10 ribu, terdapat kombinasi warna ungu, biru dan kuning,” tambahnya.

Selain itu, terdapat gambar tersembunyi (latent image) berupa tulisan “BI” yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu pada pecahan Rp. 10.000 sampai Rp.100.000.

Apabila diraba, teknik cetak khusus gambar utama lambang negara “Garuda Pancasila”, angka nominal, huruf terbilang dan frasa “Negara kesatuan Republik Indonesia” akan terasa kasar.

Untuk tuna netra, ada kode tunanetra (blind code) berupa pasangan garis di sisi kanan dan kiri uang yang akan terasa kasar apabila diraba (tactile).

Fakta menarik, penentuan kode tuna netra pada pecahan uang kertas rupiah dilakukan oleh Bank Indonesia melalui konsultasi dengan pertuni (persatuan tuna netra Indonesia)

Untuk teknik penerawangan, terdapat tanda air (water mark) berupa gambar pahlawan pada semua pecahan uang kertas. Terdapat Electrotype (ornamen) pada pecahan Rp.100, 50, 20,dan 10 ribu.

Untuk logo BI, akan nampak utuh gambar saling isi (rectoverso) apabila diterawangkan kearah cahaya. Apabila dilihat dengan alat bantu sinar ultraviolet, hasil cetak dalam (1) atau beberapa warna, akan memendar.

Selain itu, tulisan berukuran sangat kecil dan juga gambar raster berupa tulisan “NKRI” dapat dibaca dengan bantuan kaca pembesar (mikroteks).

Ditempat yang sama, salah satu siswi yang mendapat beasiswa di Divisi Pendidikan Universitas Negri Siliwangi, Rezza Sas Kiya, mengatakan, sosialisasi keaslian mata uang rupiah ini sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan.

“Selain dapat menambah ilmu pengetahuan, setidaknya bisa mengenal lebih jelas, lebih transparan keaslian mata uang rupiah yang selama ini telah beredar ditengah kehidupan masyarakat luas,”paparnya.

Ia menambahkan ketika ada mata uang rupiah palsu diedarkan oleh oarang yang sengaja ingin mengelabui mangsanya, secara otomatis karena sudah tahu, tidak akan terperangkap.

“Sosialisasi mata uang rupiah asli seperti sekarang ini juga dapat mengurangi tindakan kriminalitas pengedaran uang,” pungkasnya (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *