BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Salah satu pilar pendidikan di tengah masyarakat yang kerap dilupakan adalah para guru ngaji. Padahal, dari merekalah anak-anak bisa mengenal kitab suci.
Pengamat pendidikan di Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat Usep Sopiyudin KPd menyesalkan, peranan guru ngaji kerap dipandang sebelah mata.
“Perhatian kepada mereka sangat minim. Padahal mereka mengajar sesuatu yang sangat penting,” katanya, saat ditemui CAMEON, di Cihanjuang Cimahi, Jumat (27/1/2017).
Dari para guru ngajilah, sambung Usep, pondasi-pondasi keagamaan ditanamkan. Sejak kecil, anak-anak banyak diajarkan dasar aqidah oleh guru ngaji.
“Apalagi guru ngaji di daerah. Mereka banyak yang harus mencari nafkah di tempat lain. Sore hingga malamnya mengajar ngaji,” ujarnya.
Ia menilai, kondisi ini sangat miris. Karena di tengah hedonisme kehidupan dan derasnya wabah demoralisasi, justru aqidah yang lurus dan akhlak yang baiklah yang diperlukan.
Aqidah yang lurus, akhlak yang baik serta ibadah yang sesuai dengan tuntunan para shalafusshalih yang diajarkan guru ngaji.
“Tapi jika perhatian kepada mereka minim, bagaimana bisa fokus membina anak-anak dan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Bendahara Forum Silaturahmi Guru Ngaji (FSGN) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Asep Badrun Muqtadir mengungkapkan, guru ngaji di KBB jumlahnya sangat banyak.
“Guru yang terdata saja lebih dari 120 ribu guru ngaji. Mereka ikhlas mengabdi tanpa berharap materi,” katanya.
Namun begitu, bukan berarti para guru ngaji ini tidak punya keperluan hidup. Tetap saja, perhatian berupa materi perlu diperhatikan terutama oleh pemerintah daerah dan Kementerian Agama.
Sampai saat ini, ungkap Asep, pihak Pemda KBB sudah berupaya memberikan perhatian kepada sekitar 5 ribuan guru ngaji.
Setiap tahunnya, para guru ngaji ini mendapatkan insentif sekitar Rp 300 ribu. Namun belum rutin. Dan masih banyak yang belum terakomodir,” ujarnya. (Ais)