KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kegiatan peringatan HUT Kota Tasikmalaya ke-18 dan Tasik Oktober Festival (TOF) ke-3 diwarnai protes. Sejumlah masa membuat aksi teatrikal dan membawa keranda mayat.
Keranda mayat sebagai simbol matinya kreativitas masyarakat itu dilakukan oleh
generasi milenial yang tergabung pada Paguyuban Dinas Terkait. Mereka melakukan sejumlah aksi tretrikal dan membawa keranda mati, di Kantor Wali Kota Tasikmalaya Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari, Selasa (15/10/2019).
Koordinator Aksi Saeful Malik mengatakan, aksi tretikal membawa keranda mati itu merupakan tindak lanjut dari aksi yang dilakukan sebelumnya pada kegiatan karnaval helaran budaya yang dilaksanakan pada Minggu (13/10/2019) kemarin.
“Sebelumnya aksi kami dikegiatan gelaran helaran budaya sempat digagalkan oleh petugas, untuk tidak mengikuti karnaval yang di kemas melalui treatrikal kranda mati yang bertuliskan, bersihkan Kota Santri dari korupsi,” jelas Saeful kepada media, usai aksi.
Dikatakan, pihaknya sengaja datang karena merasa tidak dianggap sebagai warga. Kata dia, ada yang ingin ditanyakan dalam dihelaran budaya tersebut.
Mengapa kegiatan karnaval helaran budaya yang dilaksanakan pada Minggu (13/10/2019) kemarin, mereka tidak diperkenankan melakukan kegiatan dilokasi TOF?
“Kami sebagai warga Kota Tasik asli, boleh dong turut serta menyalurkan kreativitas pada HUT Kota Tasikmalaya ke-18 dan TOF ke-3 turut serta menyuarakan aspirasi,” ujarnya.
Ia lantas menyindir mengenai berbagai kegiatan dalam momentum HUT Kota Tasik dan TOF tersebut.
“Apakah pesta rakyat? Atau kah festa pemkot dan para pejabatnnya? Lantas kenapa aksi kami di gagalkan oleh para petugas terkait? Dalam hal ini, kami menunggu Wali Kota mengucakan kata maaf kepada kami dan rekan-rekan yang melakukan aksi,” pungkasnya. (Edi Mulyana)
