News

Kampanye Konservasi Nongki Sawarga Hidupkan Wawasan Lingkungan di Stadion Dadaha

242
×

Kampanye Konservasi Nongki Sawarga Hidupkan Wawasan Lingkungan di Stadion Dadaha

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIK (CM) – Suasana Stadion Dadaha, salah satu ruang publik terbesar dan terpopuler di Kota Tasikmalaya, tampak berbeda pada akhir pekan ini.

Biasanya area gerbang stadion dipenuhi warga yang berolahraga atau beraktivitas bersama komunitas sejak pagi. Namun kali ini, ratusan pengunjung disambut deretan booth edukasi konservasi yang tertata di pintu masuk utama.

Di belakang booth tersebut terpasang spanduk-spanduk berukuran besar berisi pesan mengenai pelestarian lingkungan, perlindungan satwa liar, hingga ajakan mencegah kerusakan ekosistem.

Kehadiran unsur edukatif ini membuat kawasan Stadion Dadaha—yang selama ini dikenal sebagai pusat aktivitas sosial dan olahraga—berubah menjadi ruang penyadartahuan konservasi bagi semua kalangan.

Kampanye Nongki Sawarga Ajak Publik Peduli Lingkungan

Kegiatan ini merupakan bagian dari kampanye “Nongki Sawarga Tasikmalaya”, program edukasi lingkungan yang digagas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat Wilayah III melalui Seksi Konservasi Wilayah VI Tasikmalaya.

Program ini bertujuan memperkuat pemahaman masyarakat mengenai pentingnya menjaga keberlanjutan flora, fauna, dan ekosistem yang semakin terancam.

Kepala Seksi KSDA Wilayah VI, Sarif Hidayat, S.Sos., M.Sc., mengatakan kampanye ini dirancang untuk memperluas kesadaran publik terhadap ancaman kepunahan biodiversitas.

“Banyak flora dan fauna yang kini terancam punah. Penyebabnya bukan hanya hilangnya habitat, tetapi juga perubahan iklim, polusi, spesies invasif, hingga eksploitasi berlebihan oleh manusia. Aktivitas manusia menjadi faktor terbesar yang mempercepat laju kepunahan,” ujar Sarif, Minggu 30 November 2025.

Menurut Sarif, kurangnya pemahaman masyarakat menjadi tantangan besar dalam upaya konservasi. Sebagian masyarakat masih melakukan praktik yang merusak lingkungan seperti perburuan liar, deforestasi, atau eksploitasi sumber daya alam karena minim informasi mengenai pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.

Stadion Dadaha Jadi Lokasi Strategis Penyadartahuan

Pemilihan Stadion Dadaha sebagai lokasi kampanye dipandang strategis karena kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya ribuan warga setiap hari. Melalui pendekatan ruang publik, BBKSDA ingin menghadirkan edukasi yang dekat dengan keseharian masyarakat tanpa harus mengundang mereka ke kantor atau kawasan konservasi.

Dalam kegiatan Nongki Sawarga, pengunjung bisa mengikuti pameran panel dan poster konservasi, mengenal flora dan fauna dilindungi, berdiskusi langsung dengan petugas BBKSDA, mengikuti kuis lingkungan, hingga mendapatkan ajakan bergabung dalam gerakan pelestarian alam.

Sarif menjelaskan bahwa program ini merupakan implementasi dari sejumlah kebijakan, di antaranya UU No. 32 Tahun 2024 tentang perubahan UU Konservasi SDA Hayati, UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, serta Permen LHK P.106 Tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa dilindungi.

“Edukasi adalah pondasi penyelamatan lingkungan. Langkah ini juga bagian dari upaya preventif untuk menanamkan perilaku ramah lingkungan sejak dini serta memperkuat penegakan hukum dan kebijakan pro-konservasi,” ujarnya.

Apresiasi Warga dan Dorongan untuk Berubah

Program ini mendapat apresiasi dari masyarakat. Ilham, warga Kota Tasikmalaya, mengatakan kegiatan tersebut menggugah kesadaran publik mengenai ancaman kerusakan alam.

“Ancaman terhadap flora dan fauna kian nyata. Suhu udara semakin panas, perburuan liar masih ada, dan pencemaran meningkat. Bahkan mikroplastik di beberapa sungai Tasikmalaya sudah terdeteksi lebih tinggi,” katanya.

Menurut Ilham, Nongki Sawarga menjadi pengingat bahwa konservasi merupakan tanggung jawab bersama. Ia juga mengapresiasi pembagian bibit pohon beserta edukasi perawatannya.

“Menanam itu mudah, tapi merawat pohon sampai besar yang menantang. Itu yang membedakan kegiatan ini,” ujarnya.

Kolaborasi Komunitas dan Efek Domino Kesadaran

Selain mengedukasi publik, BBKSDA memperluas kolaborasi dengan komunitas pegiat lingkungan, organisasi pelajar, pemerintah daerah, hingga komunitas olahraga yang rutin beraktivitas di kawasan Dadaha. Diharapkan, langkah kecil di ruang publik dapat memicu efek domino—kesadaran satu individu menyebar kepada individu lainnya.

Apep, pegiat lingkungan dari Komunitas Republik Aer Tasikmalaya, menilai kegiatan ini sebagai langkah konkret, namun mengingatkan pentingnya keberlanjutan program.

“Ini sangat positif, tetapi jangan berhenti sebagai kegiatan seremonial. Lahan kritis di Tasikmalaya masih ratusan hektare dan ancaman banjir serta longsor makin tampak. Program edukasi harus terus dilakukan agar dampaknya maksimal,” ujarnya.

Gerakan Simbolik yang Menyatu dengan Aktivitas Warga

Kampanye konservasi di Stadion Dadaha bukan sekadar acara berkumpul, tetapi gerakan simbolik bahwa kepedulian terhadap alam harus hadir di tengah kehidupan masyarakat. Penyampaian edukasi secara verbal, visual, dan interaktif membuat informasi lebih mudah dipahami dan mampu membentuk perubahan perilaku.

Sarif berharap Tasikmalaya dapat menjadi kota percontohan konservasi di Jawa Barat.

“Dengan menggandeng masyarakat, pelajar, komunitas, dan pemerintah, kami yakin Tasikmalaya dapat menjadi kota yang peduli terhadap kelestarian alam,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *