News

Serunya Perang di Lembang Habiskan 2 Ton Tomat

232
×

Serunya Perang di Lembang Habiskan 2 Ton Tomat

Sebarkan artikel ini
Serunya Perang di Lembang Habiskan 2 Ton Tomat

BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Warna merah menyerupai darah memenuhi segala sudut jalan di kampung Cikareumbi Desa Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Rabu (19/10) karena ratusan warga tumpah ruah turun mengikuti perang tidak biasa dilakukan.

Bukan senjata tajam berupa peluru yang digunakan untuk perang ini melainkan tomat busuk atau tomat yang sudah matang sekali. Peserta perang melempar tomat ke segala arah, kerumunan warga yang menonton pun tak terhindar dari lemparan.

Aksi saling balas melempar tomat akhirnya tidak hanya diikuti ratusan peserta saja namun tua muda, laki-laki perempuan, tamu undangan bahkan awak wartawan pun ikut serta. Setelah perang tomat berakhir, aroma anyir pun menebar ke segala penjuru.

Saling lempar tomat ini merupakan bagian dari kegiatan ngaruwat bumi atau hajat buruan yang diselenggarakan warga RW 3 Desa Cikidang Kecamatan Lembang Bandung Barat. Rempug Tarung Adu Tomat atau perang tomat merupakan puncak acaranya.

“Kegiatan yang dilakukan warga ini merupakan bentuk syukur atas diberikannya tanah yang subur dan air yang melimpah, serta sebagai ungkapan membuang sial segala macam hal buruk atau sifat tidak baik dalam diri masyarakat maupun yang berkaitan dengan penyakit tanaman, “kata Penggiat seni dan budaya, Mas Nanu Muda, seusai acara.

Sebelum perang dimulai, tokoh masyarakat setempat memimpin serangkaian upacara adat  yang diiringi berbagai tabuhan alat musik dan sejumlah penari. Setelah mendapatkan aba-aba dari sesepuh kampung, perang pun dimulai.

Satu persatu tomat bersilewaran dari dua belah kubu yang terdiri dari 10 orang prajurit mengenakan perlengkapan perlindungan yang terbuat dari anyaman bambu seperti helm, tameng dan keranjang kecil sebagai tempat menyimpan tomat.

Seusai itu, tanpa dikomando ratusan warga pun langsung terlibat saling lempar sampai menghabiskan 2 ton tomat yang sudah disediakan.

“seusai acara, warga secara bergotong royong membersihkan tomat yang berserakan di jalanan lalu mereka saling bersalaman, tidak ada rasa dendam, semuanya besuka cita setelah acara,” tuturnya.

Awal mula perang tomat dilakukan sejak lima tahun lalu ketika harga tomat pernah anjlok sampai Rp 200/kg. Karena sayang jika dibuang, akhirnya warga menggagas mengadakan perang tomat.  Dia menuturkan, tomat yang digunakan perang pun adalah tomat busuk. Hal ini sebagai simbol untuk melempar sifat kejelekan yang ada di tubuh manusia.

“Ibaratnya seperti lempar jumroh yang dilakukan oleh jemaah haji di tanah suci yang sama-sama bertujuan mensucikan diri dari segala sifat buruk tapi yang ini dilakukan di Cikareumbi,” jelasnya. cakrawalamedia.co.id (Ginan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *