News

Stasiun Bandung, Lebih dari Sekadar Tempat Naik Turun Kereta, Kini Jadi Gerbang Wisata dan Ikon Sejarah

209
×

Stasiun Bandung, Lebih dari Sekadar Tempat Naik Turun Kereta, Kini Jadi Gerbang Wisata dan Ikon Sejarah

Sebarkan artikel ini

BANDUNG (CM) — Di balik pesatnya perkembangan Kota Bandung sebagai pusat ekonomi, pendidikan, dan pariwisata di Indonesia, berdiri kokoh Stasiun Bandung, sebuah bangunan bersejarah yang telah menjadi saksi perjalanan kota sejak tahun 1884. Lebih dari sekadar fasilitas transportasi, stasiun ini kini menjelma menjadi ikon budaya, simpul logistik, dan gerbang utama bagi wisatawan yang datang ke Kota Kembang.

Diresmikan pada 17 Mei 1884, Stasiun Bandung awalnya dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai jalur distribusi hasil bumi dari wilayah Priangan ke Batavia. Seiring waktu, perannya meluas menjadi pusat pergerakan ekonomi, sosial, dan pariwisata, menghubungkan Bandung dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang.

“Stasiun Bandung kini menjadi titik integrasi berbagai layanan kereta api dan transportasi darat lainnya untuk memastikan kenyamanan dan efisiensi perjalanan,” kata Kuswardojo, Manager Humasda PT KAI Daop 2 Bandung, Senin (16/6/2025).

Lalu Lintas Penumpang Meningkat Tajam

Hingga kini, tercatat hampir 1,7 juta penumpang per semester menggunakan layanan Stasiun Bandung, dengan perincian rata-rata:

  • KA Jarak Jauh: 3.000–4.000 penumpang/hari, naik menjadi 7.000 saat libur;
  • KA Lokal & Commuter: 8.000 penumpang/hari, melonjak hingga 12.000 saat liburan;
  • Feeder KCIC (Whoosh): Sekitar 3.500 penumpang/hari.

Selain kereta penumpang, kereta barang masih aktif beroperasi, mendukung rantai logistik regional dan nasional.

Akses Strategis dan Fasilitas Modern

Berlokasi di pusat kota dengan dua akses utama—Jalan Kebon Kawung (utara) dan Jalan Stasiun Selatan (selatan)—Stasiun Bandung sangat mudah dijangkau berbagai moda transportasi.

Fasilitas yang disediakan pun terus disempurnakan:

  • Face Recognition Boarding;
  • Air Minum Gratis (Drinking Water Station);
  • Toilet Bersih, ruang tunggu nyaman, mushola representatif;
  • Area kuliner & komersial, layanan Lost and Found, dan area parkir luas;
  • Fasilitas ramah disabilitas, serta sistem keamanan 24 jam dengan CCTV.

Setiap harinya, stasiun ini melayani total 160 perjalanan kereta, terdiri dari:

  • 72 Feeder KCIC;
  • 44 KA Lokal/Commuter;
  • 44 KA Jarak Jauh.

Cagar Budaya dan Magnet Wisata

Sebagai bangunan cagar budaya, Stasiun Bandung tetap mempertahankan arsitektur klasik era kolonial, berpadu dengan sentuhan modern yang harmonis. Lokasinya yang dekat dengan kawasan ikonik seperti Braga, Dago, dan Lembang menjadikan stasiun ini gerbang pertama menuju destinasi wisata unggulan di Bandung.

“Dengan perpaduan sejarah, modernisasi, dan layanan yang terintegrasi, Stasiun Bandung siap terus melayani mobilitas masyarakat dan mendukung perkembangan ekonomi serta pariwisata Kota Bandung di masa depan,” ujar Kuswardojo.

Keberadaan Stasiun Bandung tidak hanya memperkuat sistem transportasi rel di wilayah Daop 2, tetapi juga mempercepat distribusi logistik, mendukung efisiensi perjalanan, serta menjadi simbol kemajuan dan identitas Kota Kembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *