News

Batu Merah Purba Itu Masih Bernapas, Berkat Mereka yang Peduli

783
×

Batu Merah Purba Itu Masih Bernapas, Berkat Mereka yang Peduli

Sebarkan artikel ini

KAB.TASIK (CM) – Minggu sore itu, Sungai Pasirgintung tak hanya mengalirkan air. Ia mengalirkan semangat.

Puluhan anak muda dari Wanapala Tasikmalaya dan Karang Taruna Desa Cibuniasih berkumpul di sana—di tempat yang tak banyak orang tahu, tapi menyimpan kisah jutaan tahun: kawasan Batu Jasper.

Jasper, batu merah yang terbentuk dari letusan gunung purba, adalah satu-satunya jenis batuan seperti ini di Tasikmalaya. Sayangnya, kelestariannya mulai tergerus. Bukan oleh waktu, tapi oleh tangan manusia dan ancaman abrasi yang tak henti.

Melihat hal ini, para relawan muda memutuskan tak tinggal diam. Mereka menanam pohon di tepian sungai, membersihkan area, dan memulihkan 38 mata air yang menjadi nadi bagi warga sekitar. Bukan hanya itu, mereka ingin Jasper menjadi ruang belajar terbuka—tempat anak-anak sekolah, mahasiswa, dan siapa saja bisa memahami sejarah bumi lewat bebatuan yang bisu, tapi tak pernah bohong.

Dera Sukma Apriadi, Ketua Wanapala, mengaku gerakan ini lahir dari keresahan yang tumbuh menjadi kepedulian.

“Kami tak ingin Jasper ini hilang begitu saja. Ini bukan sekadar batu, ini warisan,” ujarnya.

Bupati Tasikmalaya, H. Cecep Nurul Yakin, hadir dan ikut menanam pohon. Dalam sambutannya, ia menyebut batu Jasper sebagai “batu hati ayam”—batuan langka yang tak boleh rusak hanya demi kepentingan sesaat.

Dukungan juga datang dari Forum Komunikasi Pecinta Alam Tasikmalaya (FKPAT). Ketua FKPAT, Miftah Rizky alias Babol, mengatakan bahwa sinergi antara komunitas, pemuda desa, dan pemerintah adalah modal besar untuk membangun geowisata yang lestari dan mendidik.

Bagi mereka yang hadir hari itu, Jasper bukan hanya batu. Ia adalah saksi bisu, dan kini, berkat kepedulian mereka, ia tetap bernapas—menyimpan kisah bumi untuk generasi yang akan datang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *