News

Bahagia Tanpa Menatap, Pernikahan Massal Tuna Netra di Kota Tasikmalaya Penuh Cinta dan Inspirasi

263
×

Bahagia Tanpa Menatap, Pernikahan Massal Tuna Netra di Kota Tasikmalaya Penuh Cinta dan Inspirasi

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIK (CM) – Ratusan penyandang disabilitas tuna netra dari berbagai kota di Priangan Timur mulai berdatangan sejak pagi untuk menghadiri acara pernikahan massal yang digelar dengan suasana istimewa di Gedung Aisyah, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, pada Selasa, 31 Desember 2024.

Gedung yang dipenuhi atmosfer haru dan kebahagiaan menjadi saksi momen tak terlupakan bagi lima pasangan tuna netra yang resmi mengikat janji suci mereka.

Acara ini bukan sekadar pernikahan massal, melainkan perayaan cinta dan solidaritas yang menggugah hati.
Dikoordinasikan oleh berbagai komunitas seperti Persatuan Tuna Netra Indonesia (PIB), Himpunan Mahasiswa Kesejahteraan Sosial (Himek), dan Himpunan Blind Indonesia (HBI), acara ini juga melibatkan komunitas lokal di Tasikmalaya. Kolaborasi ini menunjukkan kepedulian nyata terhadap penyandang disabilitas tuna netra di Priangan Timur.

Koordinator acara, Irma Apriyanti, menjelaskan bahwa pernikahan massal ini bertujuan untuk memberikan kebahagiaan serta dukungan bagi para pasangan tuna netra yang selama ini sering menghadapi berbagai tantangan sosial.

“Alhamdulillah, acara ini digagas oleh beberapa komunitas, dan kami sangat bersyukur bisa menghadirkan kebahagiaan bagi lima pasangan yang mengikuti pernikahan ini. Semua biaya acara, termasuk uang untuk bekal usaha, kami tanggung sepenuhnya. Hanya mas kawin yang disiapkan oleh mempelai laki-laki,” ujar Irma.

Para peserta acara berasal dari berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran. Irma berharap bahwa kegiatan ini dapat menginspirasi banyak pihak untuk lebih peduli kepada para penyandang disabilitas netra.
Menurutnya, kebahagiaan yang tercipta di acara ini adalah bukti bahwa cinta dan kasih sayang dapat melampaui segala keterbatasan.

Baca Juga: Melayani dengan Hati, Bekerja dengan Transparansi, Polres Tasikmalaya Raih Dua Penghargaan di Tahun 2024

Lima pasangan yang mengikuti pernikahan massal ini membawa cerita unik dan menyentuh hati. Salah satunya adalah pasangan termuda, Ema Solihat dan Solihin dari Tasikmalaya, di mana mempelai perempuan baru berusia 22 tahun.

Ada pula pasangan Isos Hindun dari Ciamis dan Ujang dari Pangandaran yang menghadirkan nuansa romantis tersendiri. Selain itu, pasangan Edi dan Engkar serta Lani dan Eko, semuanya dari Ciamis, turut memberikan warna pada acara tersebut. Terakhir, pasangan Asep dan Oneng dari Tasikmalaya juga melengkapi daftar pasangan yang berbahagia.

Beberapa pasangan bertemu melalui program ta’aruf yang difasilitasi oleh komunitas, sementara yang lain menemukan jodohnya di yayasan tempat mereka bernaung.

“Kami berharap acara ini dapat menjadi awal kehidupan baru yang penuh berkah bagi mereka,” tambah Irma.

Mamat Rahmat, tokoh penyandang disabilitas netra sekaligus sesepuh Majelis Taklim Tuna Netra dari Kota Tasikmalaya, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap inisiatif ini.

Ia menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada para penyelenggara, terutama kepada Haji Omay yang telah memberikan dukungan penuh.

“Kami sangat bersyukur ada pihak yang peduli kepada kami, khususnya kepada Haji Omay. Saya berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi contoh bagi para pengusaha di kota lain untuk turut membantu komunitas kami,” ungkap Mamat dengan nada haru.

Irma juga menekankan bahwa acara ini merupakan yang pertama di Priangan Timur, namun ia berharap tidak akan menjadi yang terakhir.

“Kalau bukan kita yang peduli kepada mereka, siapa lagi? Kami berdoa agar acara ini dapat terus berlanjut di masa depan,” katanya penuh optimisme.

Mengusung konsep “Bahagia Tanpa Menatap”, acara ini tidak hanya menjadi momentum sakral bagi pasangan tuna netra, tetapi juga mengingatkan masyarakat akan pentingnya inklusivitas dan kepedulian sosial.

Gedung Aisyah yang penuh cinta dan haru menjadi bukti nyata bahwa kebahagiaan sejati tidak mengenal batas fisik.

Acara ini diakhiri dengan doa bersama, diiringi rasa syukur dan harapan agar kebahagiaan para pasangan baru ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak pihak.

Hari itu, Gedung Aisyah tidak hanya menjadi tempat sakral bagi lima pasangan, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kasih sayang yang melampaui segala perbedaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *