BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Sepanjang Padalarang hingga Rajamandala kita bisa memikmati sejumlah pegunungan. Pegunungan tersebut ternyata menjadi pecinta panjat tebing. Bahkan, banyak tebing-tebing ekstrim yang tersebar di beberapa titik. Sehingga seringkali membangunkan penasaran bagi pecinta olahraga tersebut.
Terdapat tiga tebing utama yang menjadi tujuan para pemanjat, yaitu tebing gua Pawon, tebing Pabeasan dan tebing Masigit. Ketiga tebing tersebut ternyata menjadi incaran bagi pemanjat dari luar negeri. Bukan hanya itu, di tempat tersebut seringkali diadakan event panjat tebing.
Hampir setiap bulannya tebing tersebut tidak pernah sepi. Hal yang menakjubkan terdapat jalan pintas bawah tanah atau terowong yang terdapat di antara Gua Pawon dan tebing Pabeasan. Untuk bisa masuk ke dalam terowongan tersebut, pengunjung harus memanjat tebing Pabeasan terlebih dahulu.
Lalu, pengunjung akan menelusuri jalan yang kemudian berakhir di Gua Pawon. “Tempat ini (tebing Pabeasan) hanya dikenal tebing untuk memanjat,” tutur juru pelihara tebing pabeasan, Aef Saefullah, di sela-sela kesibukannya kepada wartawan, Senin (10/10).
Akan tetapi, lanjut dia, di atas tebing terdapat gua yang seukuran drum. Jika ditelusuri terowongan tersebut akan tembus ke Gua Pawon. Kebanyakan orang lebih memilih untuk memanjat tersebut.
Sebab, kata dia, untuk mencapai puncak terowongan pemanjat akan mendapatkan medan yang cukup sulit. Sehingga terowongan tersebut masih belum banyak orang yang mengetahui.
“Medan untuk mencapai puncak tebing memang cukup sulit, setelah memanjat mereka tidak melanjutkan di atas tebing,” ucapnya.
Dirinya menambahkan, akan tetapi keberadaan terowongan tersebut sempat diteliti oleh para ahli dari UNPAD. Terowongan tersebut ditemukan pertama kali pada tahun 1978 oleh salah satu warga yang mencari pakan untuk ternak. Nama warga tersebut adalah Aceng. Hingga detik ini belum ada nama untuk terowongan tersebut.
Dari penelusuran yang pernah dilakukan, Aef mengaku dirinya menghabiskan sebanyak lima liter minyak tanah yang berfungsi untuk penerangan obor selama perjalanan di dalam terowongan. “Jarak dari tebing Pabeasaan ke Gua Pawon kira-kira satu kilometer,” ucapnya.
Secara fisik, mulut gua memiliki ukuran yang sangat kecil. Namun, di dalamnya pengunjung bisa berjalan secara leluasa, lantaran memiliki ukuran yang sangat besar. Di dalam gua terdapat bebatuan yang sama dengan tebing yang ada di tebing Pabeasaan dan Gua Pawon.
“Keberadaan terowongan tersebut disinyalir ada kaitannya dengan fosil manusia yang ada di Gua Pawon. Tapi, hal ini butuh penelitian yang lebih lanjut dari para ahli,” tuturnya.
Diakui olehnya, keberadaan terowongan ini memang belum banyak diketahui. Semoga terowongan tersebut bisa menjadi tantangan tersendiri bagi para petualang. Sebelumnya tebing tersebut hanya menjadi aktvitas memanjat.
Ke depannya bisa mencoba menelusuri terowongan tersebut. Dengan begitu, pengalaman dalam menjamah keindahan alam di Citatah bisa lebih sempurna. Tidak hanya bagi para pecinta alam, keberadaan terowongan menjadi perhatian khusus bagi para ilmuan untuk menelitinya.
“Tidak menutup kemungkinan dari terowongan tersebut akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang sangat besar manfaatnya bagi sejarah peradaban manusia,” pungkasnya. cakrawalamedia.co.id (Nta)