News

Prof. Dr. Tualar Simarmata Terpilih Sebagai 10 Inovator Terbaik Indonesia

261
×

Prof. Dr. Tualar Simarmata Terpilih Sebagai 10 Inovator Terbaik Indonesia

Sebarkan artikel ini
10 Inovator Terbaik Indonesia

BANDUNG, (CAMEON) – Guru Besar Fakultas Pertanian Prof. Dr. Tualar Simarmata, Ir., M.S. terpilih sebagai salah satu dari inovator terbaik Indonesia. Kompetisi tersebut di gelar di Tangerang Selatan Global Innovatiob Forum (NIC-TGIF) 2016, September lalu.

Pria yang sekaligus Direktur Inovasi, Korporasi Akademik, terpilih berdasarkan inovasi penelitian untuk mendukung implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia. Dalam kompetisi tersebut, Prof. Tualar meraih penghargaan “Inovasi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPATBO)”.

“Ini adalah kompetisi yang terdiri dari beberapa kategori yang menunjang program keberlanjutan secara nasional,” ujar Prof. Tualar saat diwawancarai, belum lama ini.

Teknologi IPATBO telah dikembangkan Prof. Tualar sejak tahun 2006. Teknologi ini merupakan inovasi teknologi produksi padi terpadu melalui restorasi kesuburan lahan sawah. Proses tersebut menggunakan teknik tanam kembar (twin seedling).

Teknik ini menurutnya akan menghemat bibit, menghemat penggunaan air, serta memanfaatkan pupuk berbasis organik dan hayati (biomelioran). Berbasis organik, inovasi ini menggunakan kompos jerami sebagai sumber nutrisi mikroba tanah. Di mana mampu meningkatkan kualitas lahan dalam waktu singkat.

Kualitas ini tentu saja berbeda jika menggunakan pupuk anorganik. Meski mampu meningkatkan produktivitas padi. Namun, di sisi lain pupuk anorganik berdampak negatif terhadap tanah dan memicu percepatan degradasi tanah.

“Permasalahan Indonesia adalah bagaimana mewujudkan ketahanan pangan,” ungkapnya.

Di sisi lain, tanah kita sulit memproduksi air sehingga produktivitas berkurang. Untuk itu ketika air berkurang, maka dirinya merancang teknologi hemat air berbasis organik. Tentunya hal ini untuk meningkatkan produktivitas sekaligus memulihkan kesuburan lahan secara berkelanjutan.

Hasil dari teknologi IPATBO ialah mampu mengurangi penggunaan air hingga 35%, mengurangi pemakaian pupuk anorganik sebesar 25%, serta menghemat bibit hingga 50%. IPATBO juga mampu menaikkan produktivitas lahan sampai dua kali lipat.

Lebih lanjut, teknologi ini telah diterapkan di berbagai wilayah di Indonesia. Pada aktivitas akademik, sampai saat ini penelitian terkait IPATBO ini telah menghasilkan 4 orang Doktor dan banyak menghasilkan lulusan Magister dan Sarjana.

Berbagai inovasi yang dihasilkan oleh para ilmuwan nasional setidaknya membuktikan Indonesia siap mendukung pelaksanaan SDGs. Hanya saja, kesiapan tersebut bergantung pada kemauan pemerintah dalam mendukung lebih lanjut terkait berbagai inovasi tersebut.

Ada atau tidak ada SDGs, Indonesia sebenarnya harus siap menjalankan berbagai program yang saat ini menjadi tujuan utama SDGs. “Masalahnya adalah kita mau atau tidak. Kalau mau, artinya harus ditunjukkan dengan nyata,” pungkasnya. cakrawalamedia.co.id (Nta)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *