News

BI Tasikmalaya Gelar Rapat Koordinasi Bersama TPID se-Priatim

199
×

BI Tasikmalaya Gelar Rapat Koordinasi Bersama TPID se-Priatim

Sebarkan artikel ini

PANGANDARAN (CM) – Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya menggelar rapat koordinasi dan capacity bulding  bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) se-Priangan Timur.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Darjana, mengatakan, kegiatan rapat koordinasi dan capacity bulding TPID ini merupakan laporan pencapaian triwulan I sampai dengan triwulan III Tahun 2020 se-Priangan Timur.

“Pertumbuhan inflasi di Priangan Timur; Kabupaten Tasik, Ciamis, Banjar dan Pangandaran termasuk Kota Tasikmalaya ditopang oleh berbagai komoditas mulai daging ayam ras, telur ayam, beras dan lain sebagainya. Yang jelas, pertumbuhan inflasi di wilayah Priangan Timur terbilang masih stabil,” jelas Darjana kepada media, Selasa (10/11/2020).

Sementara itu, diungkapkan Wali Kota Tasikmalaya yang di wakili Asda ll, Kuswa Wardana, menyampaikan, ringkasan laporan TPID Kota Tasikmalaya triwulan I sampai dengan triwulan III Tahun 2020, pada triwulan I Kota Tasikmalaya mengalami Inflasi sebesar 0,27 % secara Month to Month (MtM), penyumbang inflasi di triwulan I yaitu cabai merah dan cabai rawit yang disebabkan karena kurangnya pasokan.

“Selain itu beras juga mengalami inflasi dikarenakan belum memasuki masa panen raya. Komoditas bawang putih mengalami inflasi karena kurangnya pasokan impor penyebab ada pembatasan impor. Komoditas telur ayam ras juga mengalami inflasi dikarenakan adanya pasokan yang kurang khususnya dari Kabupaten Blitar, sedangkan permintaan meningkat,” bebernya.

Kuswa menambahkan, menindaklanjuti hal tersebut, TPID Kota Tasikmalaya telah melakukan upaya pengendalian inflasi berupa kegiatan monitoring ke pasar rakyat untuk memastikan ketersediaan serta harga bahan pangan pokok masyarakat masih terkendali dan stabil.

“Operasi pasar murah rakyat dilakukan untuk mengendalikan harga dan ketersediaan pasokan pada saat itu. Selain itu dilakukan juga pasar murah rakyat secara online, hal tersebut karena adanya wabah Covid-19 yang terjadi di bulan Maret sudah mewabah di kota Tasikmalaya,”  paparnya.

Ia menyebutkan, sedangkan pada triwulan II Kota Tasikmalaya mengalami Inflasi secara Month to Month sebesar 0,10 %. Penyumbang inflasi di triwulan II diantaranya kenaikan harga bawang merah yang disebabkan keterbatasan pasokan karena belum memasukinya musim panen akibat adanya pergeseran musim serta curah hujan tinggi yang menurunkan produktivitas tanam.

“Daging ayam ras juga mengalami inflasi, yakni adanya kenaikan harga yang disebabkan kenaikan permintaan sementara pasokan terbatas. Peternak di Priangan Timur, terutama di Kab. Ciamis dan Kab. Tasikmalaya, sehingga menurunkan produksi pada bulan Mei karena pada bulan sebelumnya terjadi over supply dengan menurunnya permintaan dari luar daerah maupun dari bisnis kuliner akibat Covid-19 yang berdampak pada over capacity di kandang,” jelasnya.

Komoditas Telur ayam ras juga mengalami inflasi yang didorong oleh meningkatnya permintaan dengan kembali dibukanya berbagai usaha bisnis kuliner  pada saat pandemi Covid-19.

“Menindaklanjuti hal tersebut TPID Kota Tasikmalaya telah melakukan upaya pengendalian inflasi berupa MoU terkait ketersediaan teluar ayam ras dengan Pemerintah Kabupaten Blitar sebagai produsen telur ayam ras terbesar dan sampai dengan saat ini sedang berjalan,” imbuhnya.

Kuswa menyebutkan, menyikapi masa pandemi Covid-19, pada Bulan April TPID Kota Tasikmalaya melaunching Pasar Cikurubuk Online (PCO) sebagai alternatif belanja bahan pokok bagi masyarakat yang dikelola oleh Koperasi HIPPATAS (Himpunan  Pedagang Pasar) Cikurubuk bermitra dengan salah satu market place.

“Pada triwulan III Kota Tasikmalaya mengalami inflasi pada Bulan Juli sebesar 0,13 yakni adanya kenaikan harga telur ayam ras yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan dengan periode penyaluran bansos dan banyaknya aktivitas masyarakat yang kembali normal sementara pasokan menurun diakibatkan harga DOC (Day Old Chick) tinggi dan masa afkir ayam petelur. Deflasi terjadi di angka (-0,15). Sedangkan di bulan Agustus dan September pada komoditas telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah menurun dengan tingginya produksi,” paparnya.

Ia menambahakan, harga daging ayam ras mengalami deflasi karena produksi yang tinggi sementara permintaan stabil. Harga telur ayam ras menurun sejalan dengan normalisasi permintaan dan terjaganya pasokan.

“Menindaklanjuti hal tersebut TPID Kota Tasikmalaya telah melakukan upaya monitoring harga dan ketersediaan stok oleh Dinas KUMKM Perindag dan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian Kota Tasikmalaya. Selanjutnya melaksanakan relaunching Pasar Cikurubuk Online (PCO) dengan menambah beberapa mitra market place,” pungkasnya. (**) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *