KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Suryaningsih mengatakan, sejak Januari hingga 6 Juli 2020 kasus DBD telah mencapai 794 kasus, dan 17 kasus meninggal dunia.
“Dari total 794 kasus dan 17 meninggal dunia tersebar di 10 Kecamatan di Kota Tasikmalaya. Sebagai langkah pencegahan dan penanganan kita telah melakukan sosialisasi kepada semua pihak baik pada petugas Puskesmas, RS, Klinik dan juga kepada masyarakat luas secara terus menerus,” jelasnya, Senin (06/07/2020).
Ia menyampaikan imbauan untuk mengutamakan 3 M, 3 T, 3 P secara langsung kepada pihak terkait dan melalui berbagai media online, radio baik secara pemberitaan maupun sosialisasi langsung oleh petugas atau Kepala Puskesmas telah dilaksanakan secara kontinyu di setiap wilayah PKM.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Bantarsari dan Kepala Puskesmas Sukalaksana Kecamatan Bungursari, Budy Nugraha mengatakan, peran Puskesmas untuk memerangi dan melakukan pencegahan DBD di titik beratkan kepada poromotif dan preventif melalui penyebaran Informasi agar derajat kesehatan meningkat, karena mencegah lebih baik daripada mengobati dengan tidak mengkesampingkan kuratif dan rehabilitatif.
“Tentu dengan tingginya angka kasus dan kematian, secara terus menerus kita tingkatkan kewaspadaan, salah satunya dengan melakukan penanggulangan di wilayah PKM. PKM berkoordinasi dengan seluruh unsur lintas sektoral Kelurahan, Babinsa dan Babinkamtibmas, kader, tokoh agama, tokoh masyarakat dan juga kepada masyarakat yang ada di wilayah PKM Sukalaksana salah satunya melakukan promosi derajat kesehatan,” terang Budy.
Ia menyebut, dalam melakukan langkah promosi derajat kesehatan dengan mengedepankan 4 faktor mulai genetik. Akses pelayanan kesehatan. Perilaku dan terakhir lingkungan. “Kita melihat faktor lingkungan sangat rentan terjadinya pertumbuhan berbagai penyakit baik penyakit menular mau pun penyakit tidak menular. Penyakit menular seperti Covid-19 dan DBD difaktorkan oleh sengatan gigitan nyamuk,” tambahnya.
Di jelaskannya bahwa salah satu solusi untuk melakukan pencegahan gigitan nyamuk dengan mengutamakan kebersihan lingkungan melalui PSN, 3 T, 3 P dan 3 M. menurutnya, fogging bukan sesuatu pilihan utama dalam mencegah DBD karena hanya mampu memberantas nyamuk dewasa, sedangkan sarang dan jentik tidak mati oleh dilakukan fogging.
Ia mengungkapkan, dalam pencegahan DBD diperlukan peningkatan perilaku dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat membiasakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) atau Gerakan Hidum Sehat Masyarakat (Germas).
“Untuk akses layanan kesehatan khsusnya di Puskesmas Sukalaksanna yang membawahi dua kelurahan Sukalaksana dan Sukarindik dengan total jumlah penduduk kurang lebih 17.305 penduduk secara terus menerus berupaya menerapkan berbagai program promosi kesehatan dan terjun langsung ke lapangan melihat kondisi masyarakat dalam menyikapi persoalan DBD dengan mengontrol potensi sarang jentik dan sekaligus memberikan pemahaman pentingnya meningkatkan derajat kesehatan kepada masyarakat,” ujarnya.
Selama melakukan monitoring ke lapangan, ia menegaskan, tidak menemukan sarang jentik. Andai pun menemukan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan pihak pengurus setempat, Lurah untuk menindak lanjut temuan tersebut.
“Namun demikian di PKM Sukalaksana tidak ada angka kematian atau jangan sampai ada kematian akibat DBD, untuk kasusnya ada 16 kasus, ada yang masih dalam perawatan, pemulihan dan ada juga yang sudah sembuh. Upaya pencegahan dengan semua sektor kita lakukan 1×24 jam setiap ada informasi langsung di respon dan ditindaklanjut,” pungkasnya. (Edi Mulyana)