News

Arkeolog Sebut Artefak di Batu Mahpar Bukan Peninggalan Sejarah

229
×

Arkeolog Sebut Artefak di Batu Mahpar Bukan Peninggalan Sejarah

Sebarkan artikel ini

KAB TASIKMALAYA (CM) – Arkeolog dari Balai Arkeologi Jawa Barat, Lutfi Yondri, menilai penemuan patung kuno di kawasan wisata Batu Mahpar, Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya bukan peninggalan sejarah yang penting, sebab penemuan itu dianggap janggal.

Menurutnya, untuk mengetahui nilai sejarah sebuah benda harus dilihat dari bahan dan bentuk benda tersebut. Secara sepintas terlihat patung itu terbuat dari batu cadas atau batu pasir. Menurut dia, jenis bebatuan itu sangat mudah untuk diubah bentuknya.

Ia menambahkan, patung-patung yang ditemukan dalam satu lokasi itu juga memiliki bentuk manusia dan gajah (ganesha). Namun, dalam ilmu arkeologi, patung berbentuk manusia itu berbeda zaman dengan patung ganesha.

Lutfi menjelaskan dalam kepercayaan masa lalu, patung manusia itu digunakan untuk pemujaan arwah leluhur. Sementara patung ganesha sudah termasuk pemujaan dalam konsep agama Hindu.

Jika ditemukan patung-patung itu dalam satu lokasi yang berdekatan, ia menilai telah terjadi sebuah kesalahan. “Tidak sesuai dengan pakem arkeologi, baik dalam waktu maupun masa budaya,” ujarnya, Selasa (11/02/2020).

Secara arkeologi, lanjut ia, patung-patung peninggalan masa lalu itu harus jelas kontekstualnya. Konteks itu dapat dikaitkan dengan kebudayaan, sejarah, atau asosiasinya dengan benda-benda lain, di lokasi tersebut.

Tak hanya itu, Ia menegaskan, patung-patung yang ditemukan itu itu tidak akan berada dalam lokasi ketika berbeda zaman. “Dan itu ternyata, setelah saya verifikasi merupakan barang-barang yang belum lama dibuat untuk kepentingan pariwisata. Bukan benda lama,” katanya.

“Lintas sejarah Tatar Sunda, memang terdapat benda-benda peninggalan seperti patung-patung. Namun, penempatan dan lokasi penemuannya tidak seperti yang ada di kawasan wisata Batu Mahpar dan patung-patung tersebut berdekatan dengan peradaban Galunggung, yang masuk dalam sejarah Sunda,” sambungnya.

Kendati demikian, informasi yang sudah beredar di media akan menjadi dasar untuk tim arkeologi pergi ke Batu Mahpar. Sebab, pembuktian akan sejarah harus dilakukan dengan nalar, bukan berdasarkan berita viral.

Di lokasi tersebut ditemukan sekitar 22 patung berbagai bentuk di kawasan destinasi wisata Batu Mahpar pada Minggu (09/02). “Satu patung berbentuk ganesha, sisanya berbentuk seperti manusia kerdil dan Monyet,” pungkasnya. (Amas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *