News

ACT Tasik Kembangkan Ekonomi Melalui Lumbung Ternak Wakaf

286
×

ACT Tasik Kembangkan Ekonomi Melalui Lumbung Ternak Wakaf

Sebarkan artikel ini

TASIKMALAYA (CM) – Pasca terjadinya bencana alam banjir bandang 2018 lalu, masyarakat di wilayah Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya tak hanya mengalami trauma, tapi juga telah banyak yang kehilangan harta benda. Dimasa sulit tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Tasikmalaya hadir membantu masyarakat yang terdampak banjir bandang dengan menyalurkan berbagai bantuan kebutuhan primer.

Tak hanya itu, ACT juga mampu membangkitkan sebagian ekonomi masyarakat di wilayah Kecamatan Culamega dengan melaunchingkan program lumbung ternak dan beras yang di wakafkan oleh 112 agnia.

Ketua Dewan Pimbina Aksi Cepat Tanggap, Ahyudin, mengatakan, apihaknya melihat Indonesia sebagai negara agraris, salah satunya mengkaper peternakan. Dengan demikian, ACT menggunakan gerakan donasi dana wakaf untuk permodalan lumbung ternak wakaf yang didanai dari anggaran wakaf.

“Tujuannya selain membuat lumbung-lumbung ternak juga untuk mengembalikan negara Indonesia sebagai negara agraris peternakan, mengembalikan ketahanan pangan, salah satu ketahanan pangan Indonesia itu adalah ternak,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa dirinya akan bahagia apabila seluruh masyarakat Indonesia memiliki hewan ternak. Menurutnya, jika seluruh Kepala Daerah dan Kepala Desa memiliki akses ukuran ternak maka ternak di Indonesia akan maju. “Meski di lumbung ternak wakaf baru memiliki lima ribu ekor bisa dibayangkan. Tetapi kalau dibandingkan dengan ternak di Australia, ACT tidak ada apa apanya,” sebut Ahyudin.

“Yang jelas, untuk memenuhi kebutuhan jumlah lima ribu penduduk per desa, minimalnya harus ada 25 ribu ekor bibit kambing, baru dapat terpenuhi untuk kebutuhan ekonomi. Meski sekarang baru lima ribu ekor, tapi dalam kurun waktu dua tahun ini akan saya genjot untuk mewujudkan desa ternak atau mendirikan pangan ternak,” jelasnya.

Ia juga memaparkan, banyak nilai positif dari kambing. Selain dapat memenuhi kebutuhan daging, juga satu ekor kambing bisa menghasilkan kotoran per hari 1/5 kg. “Kalau ada 5-10-20 ribu berarti 2.500 kg kotoran. Untuk apa kotoran itu?. Kotoran kambing adalah pupuk terbaik untuk padi, sayuran, tanaman yang ada di Kampung Cimahi, Desa Cintabodas Kecamatan Culamega,” tutur ia.

Pihaknya memastikan, berawal dari ternak kambing bakal menghasilkan lumbung padi dan sayuran yang nantinya akan menumbuhkan swasembada pangan dari hasil ternak. Lumbung ternak wakaf Culamega, lanjut ia, akan dijadikan sebagai barometer ternak di Kabupaten Tasikmalaya selain di Sembawa, Blora dan juga Aceh. “Yang jelas lumbung ternak wakaf apabila mau dikembangkan tergantung modal dari wakaf yang masuk dari para agnia,” ujarnya.

Ahyudin mengungkapkan, selain menjadi solusi mengatasi ekonomi, lumbung ternak juga bisa mengatasi masalah kemiskinan dengan cara penyerapan tenaga kerja, kali ini baru mampu menyerap sebanyak 73 orang dengan upah di atas UMR. “Makanya yang melambar ke lumbung ternak wakaf sudah ratusan orang,” sebutnya.

Sementara itu, Koordinator Kandang Ternak Wakaf, Olih Suharsa (52), mengaku, adanya lumbung ternak kambing, sapi pedaging, sapi perah dan beras wakaf di daerahnya sangat membantu membangkitkan ekonomi Kampung Cintabodas.

Alhamdulilah, ekonomi saya sangat terbantu, yang sebelumnya hanya buruh serabutan, sekarang dengan adanya program ACT saya tidak kesulitan lagi masalah ekonomi,” jelas Olih kepada media, Rabu (11/12/2019).

Ia juga mengatakan, upah tetap yang didapat dari ACT selama 2 tahun mengurus lumbung ternak wakaf sudahn melebihi upah minimum, yakni Rp. 2 juta per bulan. “Tentu upah didapat seusia saya sekarang sangat bisa dinikmati dan sudah mencukupi kebutuhan keluarga,” ujarnya.

“Saya merasa senang dan bangga, selain bisa menghidupi keluarga dari hasil buruh tetap ternak ini juga ACT telah mampu menumbuhkan kebersamaan rasa gotong royong, sehingga mengurus lumbung ternak wakaf ini tidak ada yang sulit, semua dilaksanakan dengan mudah,” sambung Olih.

Dalam mengurus lumbung ternak wakaf, kata ia, dari mulai perkawinan, pembibitan, pembuntingan, penyapihan dan target 1.000 ekor untuk kurban per tahun telah tercapai. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *