PANGANDARAN (CM) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya, Heru Saptaji menyebut, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2019 menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga, ditengah kondisi global yang kurang kondusif dan tantangan pengelolaan ekonomi domestik.
“Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2019 meningkat dari USD7,0 miliar (2,6% PDB) menjadi USD8,4 miliar (3% PDB). Hal ini dipengaruhi oleh perilaku musiman repatriasi dividen serta dampak pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan harga komoditas yang turun,” jelas Heru, kepada media di Jalan Jadi Karya, Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Jumat (01/11/2019).
Menurutnya, guna memperbaiki defisit beraca transaksi berjalan ini yaitu melalui peningkatan ekspor barang dan jasa Indonesia. Pada triwulan II 2019, ekspor nonmigas Indonesia tercatat sebesar USD37,2 miliar, terkontraksi sebesar 2,5% (ata) dibandingkan ekspor nonmigas triwulan I yang tercatat sebesar USD38,2 miliar, dengan negara tujuan ekspor utama yaitu Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India dan Singapura.
Secara Nasional, lanjut ia, komoditas ekspor utama Indonesia yaitu ada 3 diantarannya batubara (pangsa 14,9%), minyak nabati seperti minyak kelapa sawit 8 CPO (10,2%), dan tekstil (8,6%),” tambah Heru. Untuk wilayah Jawa Barat, ekspor luar negeri triwulan II tumbuh sebesar 1,52% (yoy) dengan komoditas ekspor dengan pangsa terbesar yaitu tekstil dan produk tekstil (18,11%), kendaraan (16,38%), elektronik (16,06), dan kimia (8,54%). Dari sisi negara tujuan, ekspor utamanya ke Amerika Serikat, Eropa, Jepang dan Asean.
“Sedangkan untuk wilayah Priangan Timur juga memiliki potensi ekspor produk unggulan yang terus mengalami peningkatan. Ekspor tersebut juga sebagian besar untuk produk tekstil dan produk tekstil,” pungkasnya. (Edi Mulyana)