News

“Perempuan” Aset Negara dan Madrasah Utama Bagi Anaknya

183
×

“Perempuan” Aset Negara dan Madrasah Utama Bagi Anaknya

Sebarkan artikel ini

BANDUNG BARAT (CM) – Perempuan adalah tiang negara, maka apabila perempuan itu baik, akan baik pula negaranya, dan apabila perempuan itu rusak, maka akan rusak pula negaranya.

Istilah “perempuan adalah tiang negara” sebagai pepatah/peribahasa dalam khasanah dunia Islam (Indonesia), yang merepresentasikan pandangan Islam (Indonesia) terhadap kaum perempuan. Dalam komunitas sosial Islam, perempuan ditempatkan sebagai sentral budaya masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Jadi, “perempuan adalah tiang negara” bukan sekedar kata kiasan (metafora) yang hanya dipakai untuk menasehati perempuan agar kokoh menjaga etika, moral dan nilai-nilai agama. Seolah bila kaum lelaki yang melanggar etika, moral dan nilai-nilai agama, negara tidak akan terguncang. Ini cara pandang yang diskriminatif dan bias gender.

Padahal peribahasa ini harus dipahami secara total, sebagai kiasan dan sekaligus kenyataan, dalam pengertian yang sesungguhnya. Artinya, sebagai “tiang negara” perempuan harus benar-benar dijaga kekokohannya, secara lahir dan batin.

Secara lahir, kesehatannya harus benar-benar tejaga. Kesehatan lahir sangat tergantung pada asupan fisiknya, yang semua itu terpulang kepada kehidupan perekonomian domestik.

Karena dari rahim tubuh perempuan yang kurang gizi sulit membayangkan lahir anak-anak bangsa yang sehat dan cerdas. Secara batin, kebutuhan pendidikan menjadi mutlak. Sebab perempuan dengan pendidikan yang pas-pasan, apalagi kurang, bagaimana mungkin bisa memberikan landasan pendidikan yang baik bagi ana-anak bangsa yang dilahirkannya?

Tapi memang, kalau melihat catatan politik nasional, kekuasaan negara selalu terguncang bila “kaum tiang negara” sudah mulai resah karena mempersoalkan biaya sekolah anak-anaknya, harga susu, minyak goreng, gula, beras, bawang, dan cabai.

Oleh sebab itu, konsekuensi dari adagium “perempuan adalah tiang negara” ini sebenarnya bukan terletak pada kaum perempuan, melainkan justru masyarakat secara keseluruhan, dan  para penyelenggara negara yang secara sosial, ekonomi dan politik paling bertanggung jawab.

Menyikapi hal tersebut, seorang aktivis perempuan dan juga seorang dosen yang kini aktif di dunia politik ini, menilai bahwa keterwakilan perempuan dalam dunia politik adalah penting karena keterwakilan perempuan bisa membawa aspirasi untuk kepentingan kaum perempuan.

Di tengah kesibukannya mengajar dan berdakwah, Imas Karyamah, M Pd., seorang Ibu dari 3 orang anak ini, terus bersemangat meminta dukungan pada umat untuk membesarkan Partai Bulan Bintang (PBB).

Kali ini dirinya bersama para caleg milenial, Pemuda Bulan Bintang Jawa Barat (Pelantang Jabar) maju bergerak bersama untuk memenangkan Partai ini di beberapa daerah pemilihan, khususnya di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

Dalam agenda yang digelar penuh kehangatan dan keakraban ini, Bunda (panggilan akrabnya) terus mensupport kaum muda untuk bangkit bergerak dengan jargon utamanya bela Islam, bela rakyat, bela NKRI, sebagaimana slogan yang diusung Partai berasas Islam ini.

“Kaum perempuan maju di parlemen bukan hanya memenuhi kuota 30% , tapi memang memiliki kemampuan yang didukung quwwatul aqidah, quwwatul aqliyah, dan quwwatul iqtishadiyah, juga kekuatan manajerial,” tutur Imas, Kamis (28/03/2019).

“Ayo para perempuan, ayo kaum milenial saatnya bersama bangkit bergerak untuk ‘izzul Islam walmuslimin,” tuturnya dengan penuh semangat. (Intan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *