News

Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau 1883

615
×

Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau 1883

Sebarkan artikel ini
Net

BANTEN (CM) – Indonesia kembali berduka, musibah demi musibah menimpa bumi Nusantara. Tsunami, yang kabarnya diakibatkan oleh erupsi gunung anak krakatau hingga menyapu pesisir selat Sunda, sebagian wilayah Banten, dan sebagian kecil wilayah Lampung menyebabkan banyaknya korban jiwa yang merenggang nyawa, Sabtu (22/12/2018) malam.

Saat ini, masih dilakukan evakuasi terhadap korban yang meninggal dunia. Beberapa orang tewas, dari penduduk asli wilayah tersebut, hingga jajaran selebriti tanah air seperti personil Band Seventeen dan Aa Jimi (Artis kembaran Aa Gym yang terkenal sering memperagakan gaya ceramah sang Dai tersebut).

Kejadian naas tersebut, terjadi persis ketika mereka mengisi acara pada perhelatan acara yang digelar oleh salah satu perusahaan BUMN. Gunung Anak Krakatau berada di selat Sunda, perbatasan pulau Jawa dengan pulau Sumatera. Jika melihat sejarah,

Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan.

Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya.

Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.

Gunung Krakatau pernah meletus pada 1680 dan mengeluarkan lava andesitik asam. Pada 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883.

Gunung Anak Krakatau merupakan sisa letusan dari Gunung Krakatau Purba berapi yang pernah meletus hebat. Kabarnya,Saking hebatnya, abu Gunung Krakatau sampai ke Norwegia dan New York. Saat itu, Matahari bahkan tak terlihat di dunia hingga dua hari akibat debu vulkanik yang menutupi atmosfer. Sinar matahari juga masih redup hingga setahun berikutnya.

Yang tersisa kini adalah Gunung Anak Krakatau yang terletak di antara gugusan kepulauan vulkanik ini berada di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatera. Merujuk pada Wikipedia, Krakatau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “Krakatoa” ini, yang pada zaman dulu sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883.

Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, pada musibah tsunami Aceh, tsunami yang disrbabkan oleh letusan Gunung Krakatau ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan ini juga dianggap turut andil atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. (Intan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *