News

Warga Sebut Pohon “Imitasi” Kurang Manfaat

165
×

Warga Sebut Pohon “Imitasi” Kurang Manfaat

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Beberapa waktu lalu, Pemerintah Kota Tasikmalaya merombak ulang lima median jalan di sekitar Jalan KH. Zaenal Mustofa. Anggaran sebesar 1,2 Milyarpun digelontorkan. Kini, pembangunan sepanjang kurang lebih limaratus meter itu sudah rampung. Kelima median itu kembali ditanami beragam jenis tanaman hiasan.

Namun, ada satu bagian dekorasi median yang menyita perhatian masyarakat Kota Tasikmalaya. Ya, pohon kelapa “imitasi”. Sejumlah warga menilai, keberadaan delapan unit pohon kelapa imitasi itu kurang bermanfaat. Padahal, berdasarkan data yang diperoleh dari dinas terkait, harga satu pohon kelapa imitasi tak murah. Harganya mencapai 25 juta rupiah per unitnya.

Misalnya, Ade Komarudin (49), Warga Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya, mengungkapkan, pohon-pohon imitasi itu katanya kurang bermanfaat lantaran tak bisa menyerap polusi udara seperti pohon asli pada umumnya. “Lebar anggaran, harganya mahal, tapi fungsinya tidak maksimal,” kata Ade saat ditemui dalam satu kesempatan. Senin, 3 Desember 2018.

Ia menambahkan, alangkah lebih baik jika anggaran untuk membeli pohon imitasi itu digunakan untuk pohon asli. Selain lebih bermanfaat, jumlah yang didapatpun katanya kemungkinan bisa lebih banyak.

Hal senada disampaikan oleh Andri Hermawan (32), warga Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Tawang itu mengatakan, keberadaan pohon imitasi tersebut dinilai kurang bermanfaat.

Malah, ia mengaku pernah beberapa kali melihat bahwa lampu-lampu yang menghiasi bagian pohon itu mati ketika malam hari. Padahal kondisi pohon imitasi itu masih baru. “Pernah, beberapa waktu lalu pas malam lampunya nggak nyala. Air mancurnya juga ga keluar. Padahal, dekorasi median itu baru dibangun,” tegasnya.

Saat dikonfirmasi, Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman, berdalih, keberadaan pohon kelapa imitasi itu merupakan bagian dari pertimbangan konsultan perencanaan yang mempertimbangkan nilai estetika dalam sebuah pembangunan.

“Bukan saya, saya kan nggak masuk wilayah sana. Ada nilai estetikalah sedikit nggak apa-apa ko ditempat lain juga ada semacam begitu. Yang penting indah, ada estetikanya ketika malam hari,” tegasnya. (Sp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *