KOTA TASIKMALAYA (CM) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya, Heru Saptadji mengatakan, pengendalian inflasi harga berbagai kebutuhan pokok diperlukan peran serta dari semua pihak, baik pemerintah pusat, Provinsi maupun pemerintah daerah termasuk seluruh lapisan masyarakat luas.
Menurutnya, rendah dan stabilnya Inflasi harga merupakan syarat mutlak dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan tujuan akhir peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Oleh karena itu, pemerintah serta Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan sinergitas untuk menjaga kestabilan harga barang dan jasa secara umum,” paparnya usai mendampingi penyerahan simbolis seribu bibit demplon cabai rawit di Bale Kota Tasikmalaya, Kamis (30/08/2018).
Menurutnya, selama tahun 2014-2017 penyumbang inflasi yang terjadi di Jawa Barat salah satunya bersumber dari komoditas holtikultura seperti bawang merah dan cabai rawit serta sub kelompok sayuran. Pasokan suplai yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, hama, dan luas lahan pertanian menjadi salah satu penyebab peningkatan inflasi. Selain itu, katanya, permasalahan distribusi yang tidak merata juga turut memberikan andil terhadap tingginya tingkat volatilitas komoditas hortikultura dan sayuran.
Dia menyebut, Bank Indonesia saat ini tengah memelihara kestabilan nilai rupiah salah satunya melalui aspek kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat yang merupakan bagian dari Tim Pengedalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi berencana akan menyelenggarakan program Masyarakat Peduli Inflasi.
“Program tersebut merupakan salah satu kebijakan tim TPID Provinsi Jabar berdasarkan Roadmap Pengendalian Inflasi terkait strategi peningkatan produksi komoditas penyumbang inflasi. Sebagaimana dijelaskan pada roadmap tersebut, salah satu target/tujuannya untuk periode 2016-2020 adalah pemberian bantuan sarana produksi,” ungkap dia.
Diterangkannya, tujuan utama dari program Masyarakat Peduli Inflasi yaitu sebagai salah satu langkah pengendalian inflasi yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat terutama komoditas bergejolak bibit demplon cabai rawit secara mandiri. (Edi Mulyana)