News

Di Kota Tasik 78 Hektar Sawah Alami Kekeringan

225
×

Di Kota Tasik 78 Hektar Sawah Alami Kekeringan

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Sebanyak 78 hektar sawah tadah hujan di Kota Tasikmalaya mengalami kekeringan. Demikian dikatakan Kepala Dinas Pertanian Deddy Bizkat, saat ditemui di Aula Balai Penyuluh Pertanian dan Perikanan (BPP3) Kelurahan Cipedes Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Selasa (31/07/2018).

Dia menegaskan bahwa hal tersebut merupakan hasil survai petugas BPP3 di masing-masing wilayah kerjanya, yang tersebar di 10 Kecamatan yakni Kecamatan Cipedes, Bungursari, Indihiang, Mangkubumi, Tawang, Cihideng, Purbaratu, Ciberem, Tamansari dan Kawalu.

“Hasil survai setelah tiga bulan musim kemarau, ada dua kategori yang disebut kekeringan, yakni terancam dan sudah mengalami kering total. Jelas, kerugian bagi para petani akan mengalami dua hal kerugian gagal tanam dan gagal panen,” terang Deddy.

Salah satu jalan keluarnya jika sudah tidak bisa diselamatkan, katanya, tinggal mengecek dan mendata ke lapangan apakah para petani yang ada di wilayah sudah masuk atau tidaknya pada asuransi usaha tani. Kalau sudah,lanjut Deddy, pihaknya akan membantu mengklaimkan ke pihak asuransi agar ada penggantian kerugian tanaman dan panen yang dialami para petani.

“Sejak mulai kemarau, data yang tercatat lahan pesawahan alami kekeringan hingga kini 31 Juli 2018 dari total luas lahan pesawahan 5.993 hektar, 78 hektar alami kekeringan. Tersebar di 10 Kecamatan, mulai Bungursari, Indihiang, Mangkubumi, Kawalu, Cipedes Cihideng, Tawang, Purbaratu, Ciberem, dan Tamansari,” ucapnya.

Dedy menambahkan, solusi lain untuk menyelamatkan cocok tanam di musim kemarau sekarang ini yakni dengan memanfaatkan pompa air dan pihaknya pun akan memberikan bantuan penyedotan melalui alat tersebut. Namun, jika tidak terdapat sumber mata air, itu sudah di luar kemampuannya mengingat di Kota Tasik sendiri sangat sulit mencari sumber mata air dibawah tanah.

“Kami belum punya data mengenai kerugian biaya produksi para petani akibat kemarau ini, jadi tidak dapat memastikannya. Karena pola tanamnya berbeda-beda prosesnya ada 15 hari, 35 hari sampai 45 hari pola tanam,” imbunya.

Dia berharap, di musim kemarau ini para petani tetap mengikuti program pertanian melalui pola tanam padi palawija mulai bulan Oktober sampai Februari. Musim tanam 1, musim tanam 2 Maret dan berakhir bulan Juni. (Edi Mulyana)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *