News

Gelar Workshop, Ormawa Dasi dan Inchikibung Kenalkan “Kaulinan Baheula”

191
×

Gelar Workshop, Ormawa Dasi dan Inchikibung Kenalkan “Kaulinan Baheula”

Sebarkan artikel ini
Gelar Workshop, Ormawa Dasi dan Inchikibung Kenalkan “Kaulinan Baheula”

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Komunitas kaulinan baheula Ichikibung menngelar workshop di Kampus Bina Sarana Informatika (BSI) Tasikmalaya pada Rabu (11/04/2018). Workshop terselenggara atas kerjasama dengan tujuh organisasi mahasiswa Dapur Seni (DASI) BSI Tasikmalaya.

Selaku Pupuhu Inchikibung, Abah Irwan mengajak semua generasi muda untuk mencoba kembali permainan – permainan jaman dulu atau ‘kaulianan baheula’ yang notabene sering dikalahkan oleh keberadaan gudget.

Ia menuturkan, hal itu dilakukan berangkat dari niat awal yang ingin menyosialisasikan kembali khususnya ke lembaga-lembaga pendidikan agar ‘kaulinan baheula’ bisa menjadi tradisi dan warisan budaya Sunda yang harus tetap ada.

“Kegiatan ini memang menjadi program dari Ichikibung sendiri melakukan roadshow ke lembaga-lembaga dan juga instansi di Tasikmalaya. Sekitar 10 lembaga pendidikan kami datangi. Kemudian dan juga kantor dinas dan rumah sakit yang akan didatangi,” jelasnya.

Abah Irwan mengaku, dirinya sangat senang dengan respon masyarakat atas sambutan baik terhadap kegiatannya itu. “Alhamdulillah, rupanya banyak juga masyarakat yang senang,” ungkapnya saat di wawancarai usai acara.

Dalam kegiatan tersebut, permainan yang digelar yakni surser, congklak, lompat tali, pecle, egrang, egrang batok, ciripit jengkol, damdaman, oorokan dan masih banyak lagi. Dikatakan Abah, ada lebih dari 2000 jenis ‘Kaulinan Baheula’ yang berbeda di masing – masing daerah. Fungsinya, untuk menguji ketangkasan, kecerdasan, keaktifan dan kekompakan.

Ia berharap sekaligus menginginkan anak-anak sekarang tidak sering bermain gudget yang nantinya bisa membentuk karakter individualis, hedonis juga kurangnya kreativitas. “Berbeda dengan kaulinan, banyak sekali nilai didalamnya yang akan membentuk karakter sempurna untuk anak-anak. Tidak akan ada manfaat buruknya jika anak-anak kembali bermain ‘Kaulinan Baheula’,” imbuh Abah.

Keceriaan dari para mahasiswa/i juga nampak saat semuanya antusias mengikuti workshop. “Berkesan banget, berkesempatan banget buat ikut permainan tradisional ini, mengingatkan kita pada jaman masih kecil,” ujar Siti Hajar, salah satu mahasiswi peserta workshop.

Sama halnya dengan yang disampaikan Ketua Ormawa Dasi, Sheren, bahwa kaulinan baheula sudah terlupakan sehingga harus diperkenalkan kembali agar terus ada. Dirinya juga punya keinginan setelah acara selesai, mahasiswa/i menjadi pelopor bagi anak – anak 90’an untuk mengalahkan permainan gudget yang belum cocok bagi anak di bawah umur.

“Semoga mahasiswa/i BSI bisa mengenal dan memainkan kembali permainan ini serta tidak melupakannya. Maka dari itu, kenalkanlah permainan ini lagi di daerahnya masing-masing,” pungkasnya. (Rifqi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *